[caption caption="Donald Johanson (kiri), aku, dan Ron Choong (kanan)"][Foto ketika Donald berkunjung ke Situs Manusia Purba Sangiran, Indonesia]
Pernah kah anda sewaktu masih kuliah merasakan suatu keinginan yang tanpa pernah diduga akan terjadi di masa datang? Aku sewaktu masih mengeyam pendidikan di salah satu universitas ternama di Jogja dan di jurusan yang menjadi dambaan sewaktu kecil, yaitu Arkeologi. Nama jurusan yang terasa asing bagi sebagian besar masyarakat dan selalu ada satu pertanyaan “Arep kerjo opo kowe nek kuliah neng jurusan arkeologi?”.
Underestimate memang tapi “see” apa yang aku merasa sebuah pilihan itu didasarkan pada passion diri sendiri. Nah pada waktu belajar mengenai manusia purba tidak akan tidak terlepas dari suatu nama “Lucy” si Australophitecus Afarensis. Beliau adalah antropolog dari Amerika yang menggeluti manusia purba di Afrika. Nama Lucy sendiri disematkan oleh Donald Johanson dan tim pada temuan fosil rangka manusia purba di Afrika terinspirasi dari lagu The Beatles “Lucy in the sky with diamond”. Nama, cerita penemuan “Lucy” yang spektarkuler, dan foto-fotonya tersebat luas dibuku-buku yang membahas tentang manusia purba afrika tersebut.
Dan ketika aku bekerja di sebuah kantor yang berkecimpung pada dunia manusia purba di Indonesia, disanalah akhirnya “Dream Comes True”. Bertemu, berjabat tangan, berbincang, dan berfoto dengan Donald Johanson menjadi sebuah pengalaman yang berharga bagi aku sebagai seorang arkeolog yang belajar mengenai manusia purba dan kehidupannya.
Dan ketika aku bekerja di sebuah kantor yang berkecimpung pada dunia manusia purba di Indonesia, disanalah akhirnya “Dream Comes True”. Bertemu, berjabat tangan, berbincang, dan berfoto dengan Donald Johanson menjadi sebuah pengalaman yang berharga bagi aku sebagai seorang arkeolog yang belajar mengenai manusia purba dan kehidupannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H