Oleh: Dianna Firefly
Tidak perlu menunggu tepat pukul 00.00 WIB tertanggal 17 Agustus 2011 untuk menulis barisan kata-kata. Sama tidak pentingnya mengangkat tangan membentuk sudut 45o menghadap tiang dengan bendera yang ternoda. Semua masih sama, masih tanda tanya.
Merdeka???
Kala ribuan anak duduk manis di garis-garis kemiskinan bangsa
Mereka buta tuli pada aksara
menangisi dunia mereka yang sangat jauh dari gemerlap bahagia
Merdeka???
Kala ribuan anak bangsa terkulai tidak berdaya
oleh sakit tidak terobati
luka bathin akibat penindasan hak asasi
Merdeka???
Kala ribuan generasi muda kehilangan rasa percaya diri
terpaksa berdiri di atas tanah korban korupsi
menyaksikan para wakil rakyat terlelap saat sidang paripurna
Merdeka???
Kala kepala demi kepala terpenggal tanpa arti
demi sesuap nasi
mengorbankan harga diri
menjadi kuli
menjemput binasa tanpa dapat bersuara
Merdeka???
Kala para petinggi agama pandai bersandiwara
membunuh sesama, merusak rumah ibadah sambil tertawatawa
dan aparat diam saja
meski banyak hati menderita olehnya
Ideologi bangsa yang kita agungagungkan; Mereka tertelan keegoisan. Budaya dan keberagaman yang kita banggakan; Mereka kian pudar oleh ketamakan. Dimana hati nurani? Nusantara mati suri.
Mereka bilang aku bodoh karena tidak lagi mencintai bangsaku. Mereka bilang aku pengkhianat dan kepala dungu. Mereka dimana saat aku (kami) terluka bersama Garuda?
Bersama para pahlawan bangsa yang tercabut nisannya.
Apakah kita masih bersaudara?