Mohon tunggu...
Dianna Firefly
Dianna Firefly Mohon Tunggu... -

Bagi saya menjadi gila adalah sebuah kenikmatan. Dianggap bodoh pun tidak apa-apa, asal anda bisa membuktikan kecerdasan anda di depan saya.\r\nKarena saya akan memberitahu anda beberapa bukti kebodohan dan kegilaan saya setelah itu.\r\n\r\nSaya pikir, saya punya banyak kepribadian karena itu saya bukan orang baik-baik. Berhati-hatilah ketika anda berpikir saya lugu dan apa adanya. Sebenarnya saya bodoh dan gila.\r\n\r\nSebagai bukti agar anda yakin:\r\nSaya pernah menonton film yang sama belasan sampai puluhan kali, kapan pun saya mau misalnya ketika terbangun tengah malam. Saya menikmatinya seperti belum pernah menonton film tersebut. Hanya orang bodoh dan gila atau yang memiliki gejala bodoh dan gila yang bisa seperti ini.\r\n\r\nTolong percaya saya, saya bodoh dan gila. Ini sebagai peringatan awal, kita tidak tahu bila suatu hari saya datang untuk membunuh anda. Bagaimana pun juga saya adalah binatang yang berevolusi. Saya bisa melakukan apa saja diluar kendali, demi kenikmatan diri sendiri. Tolong percaya!\r\n

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Requiem

26 Agustus 2011   09:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:27 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

[caption id="attachment_126908" align="aligncenter" width="503" caption="Someday, i"][/caption]

"Ku tak membawa apapun juga saat kudatang ke dunia. Kutinggal semua pada akhirnya saat kukembali ke Sorga."

: Dianna Firefly Ketika kekosongan datang, manusia akan diajarkan menghitung hari. Hari untuk lahir. Hari untuk bahagia. Hari untuk berduka. Hari untuk mati. Dan akan ada masanya, bintang-bintang jatuh ke bumi, tulah-tulah terjadi, dan terompet sangkala terdengar syahdu. Hari itu, tiada lagi ketakutan. Rasa takut telah habis ditelan oleh kesakitan. Tidak ada pilihan, jiwa lebih baik berserah. Pasrah. Satu sisi diri akan bergumam, "Ambillah! Inilah aku." Dan satu sisi lain berteriak, “berikan aku satu hari lagi agar aku dapat berdoa pada-Mu lebih sungguh.”

Orang-orang akan menangis. Mereka bersedih. Beberapa merasa sungguh kehilangan dan lainnya pura-pura, bahkan ada yang belajar untuk menangis. Mereka akan mengenang masa-masa itu, beberapa tahun atau puluhan tahun silam. Mereka akan menarik garis ingatan; ketika tangis bayi memekik keluar dari selangkangan, masa kanak-kanak, remaja, dan seterusnya, dan sebagainya. Mereka belajar untuk merajut perca-perca ingatan dan mulai menambahkan hal yang tak ada menjadi ada, ada menjadi tak ada. Mereka mulai belajar mengoreksi.

Hari itu, mungkin dapat terdengar berbagai bunyi yang diiringi terompet sangkakala. Tangis yang begitu menyayat hati. Teriakan tidak percaya. Bisik-bisik tidak pasti. Pembicaraan tiada arah. Mereka terlalu banyak menduga-duga.

Dan setelah itu, tidak banyak yang dapat diingat. Doa-doa mulai berkurang dari hari ke hari. Satu persatu akan pergi. Jatuh. Terkulai tanpa nyawa.

Pontianak, 23/08/2011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun