Puisi sejak riwayatnya yang paling usang adalah dunia tersingkir, dunia tercibir. Demikian Damhuri Muhammad dalam pengantar buku Luka Mata, buku sajak Hasan Aspahani. Puisi pula yang telah menjadi medium terluar ketika kedahsyatan menerpa seseorang. Demikianlah pula ketika bencana alam di tiga sudut bumi nusantara menuliskan puisinya. Dan mereka, para penulis yang mengirimkan puisinya, telah menuliskannya kembali menjadi untuk, apa yang disebut Dahari sebagai "menghembuskan gairah epistemologi". Jika kini puisi-puisi ini menjadi buku yang terbaca, itu karena puisi telah menjadi kasih karena bencana tak boleh hanya lara sendiri. Sebagai antologi, keberagaman menjadi dimensi yang menguatkan buku ini yang didedikasikan sepenuhnya untuk bencana yang tak hanya sampai pada simpati. Tetapi ingin menjadi saksi, bahwa puisi menjadi kasih yang nyata dalam kata dan tindakan. Apalagi, hasil keuntungan dari  penjualan buku ini, nantinya akan disumbangkan untuk korban bencana di negeri kita. Semoga, ketika buku ini diluncurkan dalam beberapa hari kedepan, masyarakat akan menyambut dengan antusia tinggi. Sampai disini, partisipasi teman-teman akan menjadi sangat berarti. Bahkan, mudah-mudahan abadi. Setelah melakukan berbagai pertimbangan dan diskusi, akhirnya diputuskan, kami memilih 50 karya dari total 327 puisi yang telah ditulis oleh 176 penulis Karya tersebut dibukukan dalam TigaBiruSegi : Antologi Puisi Kasih- Tanah, Air, Udara
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H