Saat ini profesi guru tidak lagi bisa menjadi sosok yang diandalkan di lingkungan masyarakat karena waktunya tersita untuk kegiatan di sekolah. Begitupun dengan siswa SMA tidak dapat mengaplikasikan ilmunya dalam kehidupan masyarakat di lingkungan luar sekolah terutama menunaikan kewajiban untuk membantu orangtuanya, karena waktunya terlalu singkat di rumah dan hanya cukup untuk istirahat.
Hal lainnya yang membuat kami merasa tidak nyaman, kami para guru terus dipantau kinerjanya melalui aplikasi-aplikasi yang sangat banyak dan sangat menyita waktu. Misalnya setiap hari harus melakukan absensi dengan menggunakan aplikasi di handphone dengan scan wajah.Â
Selanjutnya saat melaksanakan pembelajaran di kelas, kami harus mendokumentasikannya untuk laporan di aplikasi TRK (salah satu aplikasi untuk melaporkan aktivitas harian dan bulanan di Jawa Barat).
Belum lagi saat sedang melakukan bimbingan dengan siswa atau diskusi dengan teman sejawat, orangtua siswa bahkan dengan pihak manapun yang menjadi poin tugas harian dengan capaian minimal 9000 meint per bulan, semuanya harus terdokumentasikan dengan adanya foto diri.Â
Beberapa bulan lalu sebagai laporan bulanan, kami harus menyerahkan satu video bahan ajar dan satu video permasalahan siswa. Hal itu sangat merepotkan kami, bukan karena harus melakukan tugasnya tetapi karena harus mendokumentasikan sebagai bukti fisik di aplikasi. Seolah kami itu bekerja bukan karena tanggungjawab kami sebagai guru, tetapi karena paksaan aplikasi.Â
Di mata para siswa, kami seolah hanya menginginkan pencitraan dengan selalu melakukan selfie. Malu rasanya jika hal-hal kecil saja harus selalu di foto sebagai bukti kinerja kami.Â
Di satu sisi guru harus fokus dengan tupoksinya sebagai pendidik, di sisi lain guru dituntut untuk membuktikan bahwa guru benar-benar melaksanakan tugasnya dengan baik melaui pengisian aplikasi-aplikasi yang harus diisi setiap saat. Pada akhirnya waktu kami banyak terbagi, dan bukan fokus pada tupoksi kami untuk mendidik generasi masa depan melainkan fokus pada keegoisan kami agar tidak mendapatkan sanksi berupa pengurangan tunjangan.Â
C. Secuil Harapan Seorang GuruÂ
Jika saja Bapak Mentri mengetahui permasalahan ini, tentu hal tersebut akan menjadi pemikiran yang harus segera diselesaikan. Kami menginginkan solusi yang tepat agar guru-guru di Indonesia dapat melaksanakan tugasnya dengan fokus pada mendidik anak-anak kami agar memiliki kualitas yang baik untuk kemajuan negara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H