Mohon tunggu...
Dian Makruf
Dian Makruf Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Menulis dalam khayaL dan realita. Ketika imaJinasi menjadi sangat sederhana :)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ironi Sebuah Alur

3 Desember 2011   03:12 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:54 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Gua Hira, 610 Masehi.

Awal historisitas perjuangan panjang Sang Messiah Universal.
Menyusup celah Kudus di antara temaram kaum Jahili,
Meletupkan kembali sisa-sisa perjuangan Dua-Puluh-Empat.

Kemudian wahyu, datang menawarkan pembebasan-pembebasan elusif.
Kuat menghalau tradisi dan tahun-tahun autokrasi,
Giat melumpuhkan loncatan-loncatan hipokrisi,
Sempurna mengejawantahkan nilai samawi yang demikian eksesif.


Madinah, 622 Masehi.

Dimulainya babak baru fraternitas umat.
Egalisasi bukan lagi sekedar delusi,
Organdi kabilah pun pecah menjelma persemakmuran insani.

Lonceng masih dengan gemerincingnya.

Gema-gema pembebasan lantang diperdengungkan.
Mengalirkan hawa-hawa kejayaan,
Mengepakkan sayap-sayap keadilan,
Mengobarkan bendera ketauhidan.

Kini Ia sempurna kitab, tegas dalam rangkaian alif-ba-ta.
Kini-[pula]-Ia berona materi, yang mewujud konvensi dan tradisi.
Juga anomali bertopeng liberasi.


IRONI..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun