Kampung Budaya Polowijen terletak di Jl. Cakalang, RT.3/RW.2, Polowijen, Kec. Blimbing, Kota Malang. Polowijen merupakan kelurahan yang berada di pinggiran kota yang dulunya bernama Panawijen. Penggagas berdirinya Kampung Budaya Polowijen ini adalah Bapak Isa Wahyudi atau yang biasanya akrab disapa Ki Demang. Beberapa hal yang menjadi pendorong Ki Demang untuk mendirikan desa wisata ini adalah adanya beberapa situs-situs sejarah di Kelurahan Polowijen. Situs tersebut antara lain situs sumur windu (situs Kendedes), Situs Joko Lolo dan Makam Mbah Reni atau Ki Tjondro Suwono yang mendapatkan gelar Ki ageng Sunggung Linuwih dari Bupati malang ke 4 yang di meninggal tahun 1935. Mbah Reni adalah seorang pembuat topeng terbaik di masanya juga terkenal dengan pimpinan rombongan kesenian topeng Malang. Dari hal itulah Ki Demang memiliki ide untuk mendirikan suatu desa wisata untuk melestarikan sejarah budaya lokal Polowijen.
Pada akhirnya tepat tanggal 2 April 2017 Kampung Budaya Polowijen diresmikan oleh walikota Malang, Ir. H. Moh. Anton. Adapun proses pembangunannya dimulai dengan pemilihan lokasi yang akhirnya ditemukan satu-satunya lingkungan yang menghadap langsung ke sungai yang alirannya bersih, yaitu RT 03 RW 02 Kelurahan Polowijen ini. Lalu dilanjutkan dengan memberikan ornamen bambu pada rumah warga RT 03 RW 02 Polowijen sebanyak 15 rumah dan menambahkan gazebo di depan rumah masing-masing warga secara bertahap agar terlihat ciri khas budaya dan keunikannya.
Di Kampung Budaya Polowijen ini terdiri dari tiga struktur kelompok yaitu:
Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kampung Budaya Polowijen di bawah binaan Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata Kota Malang, yang menangani terkait pariwisata.
Kelompok Seni dan Budaya Kampung Budaya Polowijen di bawah binaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang. Kegiatan utamanya yaitu kegiatan seni budaya, adat istiadat dan tradisi seperti pelatihan tari topeng dan kesenian musik tradisional.
Kelompok Kriya Batik Polowijen dibawah binaan Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan kota Malang. Kegiatan utama produksi batik Polowijen beserta turunannya seperti kerajinan tangan lainnya.
Ketiga kelompok ini dibawah naungan organisasi Kampung Budaya Polowijen di bawah pimpinan penggagas Ki Demang lengkap dengan struktur ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara dan pengurus bidangnya.
Sasaran pada pelaksanaan program-program yang ada di Kampung Budaya Polowijen adalah warga masyarakat Polowijen sendiri, namun tidak menutup kemungkinan adanya warga luar daerah Polowijen yang memiliki antusias terhadap program di KBP. Seperti pada program pelatihan menari banyak anak dari berbagai daerah luar Kelurahan Polowijen yang mengikutinya untuk mengembangkan potensinya.
Dari hasil wawancara kami pada Sabtu (30/3/24), Ki Demang mengatakan bahwa “Keberhasilan program dalam KBP ini tidak luput dari andil masyarakat sekitar dan stakeholder yang membantu, seperti merelakan rumah mereka untuk di desain dengan anyaman bambu ini.” ungkapnya.
Namun ketika kami bertanya apakah ada penolakan dari warga beliau mengatakan pasti ada penolakan, namun tidak diungkapkan karena kebanyakan warga menyetujui program-program di Kampung Budaya Polowijen. “Kan di setiap langkah pasti ada hambatan, penolakan pasti ada, memang beberapa warga tidak memperlihatkan penolakan terhadap program, namun ketika ada kegiatan tidak ada kontribusinya, hanya melihat, dan bahkan tidak keluar rumah.” ungkap Ki Demang saat di wawancarai.