Mohon tunggu...
Dian Kurnia
Dian Kurnia Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Kolomnis Lepas yang masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mahasiswa UIN Bandung Hijrah

16 Juli 2011   07:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:38 651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1310801416334245852

Oleh: DIAN KURNIA

[caption id="attachment_123127" align="alignleft" width="150" caption="doc. Dian Kurnia"][/caption] Dalam sejarah perjalanan umat Islam, Nabi Muhammad Saw beserta para sahabatnya hijrah dari Mekah ke Madinah atas dasar perintah Allah Swt., dengan tujuan untuk menghindari berbagai kemungkinan tindakan refresif yang akan dilakukan oleh kafir Quraisy terhadap Nabi Saw dan para sahabat. Peristiwa hijrah Nabi Saw beserta para sahabat merupakan perjalanan spiritual yang penuh dengan makna dan nilai-nilai religius. Berbeda halnya dengan di Bandung, mahasiswa-mahasiswi UIN Bandung terpaksa harus hijrah (baca: pindah) dari tempat perkuliahan yang biasa mereka pakai di kampus UIN Jl. AH Nasution ke berbagai tempat di sekitar Bandung Timur, seperti SMK, SMA, dan SMP. Perpindahan ini dilakukan atas perintah langsung dari (mantan) Rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Prof. DR. Nanat Fatah Natsir, M.S.

Wacana klasik

Perpindahan ini sudah terjadi sejak pertengah tahun 2010 lalu. Agenda yang sempat digulirkan pada tahun 2005 silam, yakni dalam rangka perubahan status IAIN menjadi UIN berdampak pada kajian keilmuwan yang tidak hanya sebatas pada ilmu agama, tetapi ditambah dengan kajian ilmu dunia. Hal ini berdampak pula pada jumlah mahasiswa UIN yang terus meningkat setiap tahunnya. Selain kualitas lulusan sarjana yang mampu bersaing di tengah gencarnya arus globalisasi, nilai tambah UIN sebagai lembaga pendidikan negeri yang berada di bawah naungan Departemen Agama juga cukup ringan dalam hal biaya. Disamping itu, banyak lulusan UIN mampu bersaing di kancah perpolitikan Indonesia. Beberapa diantaranya menjadi bupati, politisi partai, organisatoris, tim sukses kampanye partai nasional, serta menjadi da’i nasional. Begitu banyak lulusan UIN yang terbilang berhasil dengan agenda utama dalam perubahan sosial, mengindikasikan bahwa kualitas tidak ditentukan oleh aspek materi finansial belaka.

Perjalanan UIN SGD sebagai lembaga pendidikan universitas telah memberikan dampak yang cukup nyata bagi masyarakat luas, terlebih bagi masyarakat disekitar kampus yang notabenenya terdiri dari pedagang kaki lima dan pegawai foto kopi. Beberapa toko buku berjejeran di sepanjang Jl. AH Nasution. Mereka memanfaatkan situasi untuk mempertahankan hidup. Manfaat inilah yang menjadi tujuan utama dari sebuah lembaga pendidikan selain mencetak insan akademik yang berkualitas dalam memecahkan permasalahan global yang semakin komplek.

Sangat disayangkan sekali tempat kuliah harus dipindahkan, terpaksa harus menambah uang hidup di Bandung,” ujar Rukman, mahasiswa Jurnalistik UIN SGD Bandung

Siapa yang jadi korban

Masyarakat kampus UIN Bandung –terlebih bagi mahasiswa- harus tunduk pada instruksi rektorat dengan adanya pemindahan tempat kuliah yang biasanya dilakukan di kampus ke beberapa sekolah di Bandung Timur. Berbagai respon positif dan negatif bermunculan dari beberapa pihak yang terlibat langsung dalam pemindahan ini. Mahasiswa sebagai ‘korban’ pemindahan harus rela menjalankan perkuliahan di tempat yang terbilang cukup jauh dari tempat kosnya. “Sangat disayangkan sekali tempat kuliah harus dipindahkan, terpaksa harus menambah uang hidup di Bandung,” ujar Rukman, mahasiswa Jurnalistik UIN SGD Bandung. Banyak yang langsung pindah kos karena berat hati jika harus terus mengeluarkan biaya tambahan untuk ongkos perjalanan ke tempat kuliah.

Sejak pemindahan dilakukan pada pertengahan tahun 2010 lalu, atmosfer akademik mahasiswa menjadi berubah. Hal ini terjadi karena beberapa faktor, yakni: kondusifitas kegiatan belajar mengajar, jarak yang cukup jauh, efektifitas pembelajaran di kelas, keterbatasan waktu yang berbeda dengan biasanya, kehadiran dosen yang semakin kurang, serta penambahan materi (biaya) bagi mahasiswa dan dosen untuk datang ke tempat perkuliahan yang baru. Mahasiswa harus jadi korban pemindahan ini. Tidak sedikit mahasiswa yang mengeluh tanpa bisa apa-apa. Yang harus dilakukan saat ini adalah terus berjuang demi mendapatkan gelar kesarjanaannya yang dicita-citakan.[] Wallahu’alam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun