Aku akan memulainya dengan kata ‘Bank’. Menurut undang-undang perbankan, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Kata ‘bank’ sendiri berasal dari Bahasa Itali, yaitu banque atau banca yang berarti bangku. Para bankir Florence pada masa Renaissans melakukan transaksi mereka dengan duduk di belakang meja penukaran uang, berbeda dengan pekerjaan kebanyakan orang yang tidak memungkinkan mereka untuk duduk sambil bekerja. Tidak ada habisnya cerita-cerita dari kampungku. Dan semuanya itu tidak lepas dari pabrik dan pinjam meminjam. Parungkuda, Sukabumi juga banyak Bank yang tersebar. Bank-bank yang kita kenal lewat iklan yang ada di mana-mana. Bank resmi yang diakui oleh pemerintah. Selain menabung, kita pun bisa meminjam uang, tentunya dengan jaminan. Berbagai macam jaminan, seperti: surat tanah, BPKB mobil atau motor, surat rumah dan sebagainya. Kita tinggal datang ke bank dan membawa surat-surat yang akan dijaminkan. Fenomena pinjam meminjam sangat diminati di kampungku. Tak jarang orang akan rela menjaminkan rumahnya untuk meminjam uang. Banyaknya pabrik berjejer sehingga membuat orang-orang lebih memilih untuk bekerja di sana dari pada meneruskan sekolahnya. Pabrik menawarkan lapangan pekerjaan, tentunya sebagai buruh pabrik. Fenomena pabrik ini mencerminkan kemiskinan struktural. Karena kebijakan pemerintah yang mengijinkan para pengusaha untuk membangun usahanya di kampungku, sehingga pengusaha dapat memanfaatkan sumber daya, yaitu orang-orang untuk dipekerjakan dan dibayar murah. Tetapi pemerintah tidak memajukan pendidikkan bagi orang-orang di kampungku. Sehingga banyak teman-temanku yang memutuskan berhenti sekolah dan kemudian bekerja sebagai buruh pabrik. Upah sebagai buruh pabrik pun tidak dapat memenuhi kehidupan sehari-hari. Sehingga mengambil jalan dengan fenomena kredit uang yang tersebar di kampungku. Kembali ke soal bank. Banyak buruh-buruh pabrik yang tidak bisa menjaminkan sesuatu untuk meminjam uang ke bank. Melihat fenomena ini, muncullah perusahaan-perusahaan kecil yang meminjamkan uang tanpa jaminan. Aku biasa menyebutnya kredit uang. Sistem kredit uang yang akan aku ceritakan di dalam tulisan ini adalah bank yang berada di sekitar keluargaku, yaitu Parungkuda, Sukabumi. Ada beberapa bank yang menurutku unik. Bank yang hanya meminjamkan uang. Misalnya ‘Bank Keliling’ dan Mitra Bisnis Keluarga. Bank Keliling adalah sebuah bank yang mendatangi nasabah bukan menunggu nasabah di belakang meja. Banyak bank keliling tersebar di kampungku. Dari satu hari bisa dua hingga tiga bank keliling yang datang ke satu rumah, tentunya bank keliling yang berbeda. Aku tidak tahu bank-bank keliling itu dari perusahaan apa. Menurutku bank keliling ini merupakan bank yang tidak resmi. [caption id="attachment_168781" align="aligncenter" width="300" caption="tukang bank sedang mencatat setoran"][/caption] Kita tidak perlu capek-capek mendatangi bank untuk menyetorkan uang, karena bank itu sendiri yang akan mendatangi kita. Bank keliling memberikan berbagai tawaran pada warga. Dengan mendatangi rumah-rumah menawarkan orang-orang untuk meminjam uang kepadanya. Bank keliling ini cukup memerlukan publikasi dari obrolan-obrolan ibu rumah tangga. Tidak perlu memasang iklan di televisi, koran, majalah atau poster-poster pinggir jalan. Bank keliling memanfaatkan kebiasaan ibu-ibu yang berkumpul untuk sekedar bergosip. Tidak perlunya jaminan untuk meminjam uang, juga merupakan daya tarik yang cukup menggiurkan. Seperti yang terjadi di sekitar tempat tinggalku. Penagih uang setoran yang biasa dipanggil Tukang Bank itu umumnya pria berpenampilan rapi, memakai jaket, bersepatu dan menggunakan motor. Setiap menyetor, kita akan diberi secarik kertas bertuliskan angka sebagai tanda sudah berapa kali kita menyetor. Bank Keliling sangatlah populer di kalangan ibu-ibu. Selain Bank Keliling ada juga sistem peminjaman uang lainnya, yaitu Mitra Bisnis Keluarga (MBK). Meskipun MBK ini mempunyai nama dan memiliki kartu anggota, namun tidak ada yang tahu dari mana asalnya MBK ini. Mungkin karena para anggota tidak mencari tahunya, yang penting bisa meminjam uang. Hanya ibu rumah tangga yang boleh meminjam uang di MBK. Kebanyakan ibu yang tidak punya pekerjaan selain sebagai ibu rumah tangga. Dan hasil pinjaman hanya untuk usaha. Setiap hari Rabu mereka berkumpul dan mengucap janji yang menurutku lucu tidak ada habisnya. Ditelingaku masih terngiang-ngiang janji mereka, “Janji anggota, hadir tepat waktu, setoran tiap minggu, usaha disetujui teman, hasil usaha untuk keluarga, bertanggung jawab bersama dan mau nalangin teman yang macet bayar!” [caption id="attachment_168784" align="aligncenter" width="300" caption="ibu-ibu mengucap berjanji"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H