Belakangan ini sedang heboh lagu Alamat Palsu yang dinyanyikan oleh Ayu Ting Ting. Namun, percaya atau tidak, pagi tadi ada sebuah kejadian di sekolah saya yang membuat kami, para guru, sontak teringat dengan lirik lagu Alamat Palsu ini.
Ceritanya, sekitar pukul 08.30 pagi tadi, seusai upacara dan sarapan pagi dari Kepsek, Â ada dua orang wanita berserta seorang anak kecil mendatangi kantor Tata Usaha. Mereka mencari seorang bapak guru, mengajar mata pelajaran Bahasa Inggris, bernama Pak M. Karena memang tak ada guru yang bernama Pak M, maka pegawai TU lantas memanggil teman saya yang mengajar Bahasa Inggris. Oh, iya, di sekolah saya, semua pengajar Bahasa Inggris dipanggil Ibu karena memang semuanya perempuan.
Akhirnya, datanglah Bu Lenny, teman saya menemui sang tamu. Kepada sang tamu, ia menanyakan maksud kedatangannya. Sang wanita muda yang membawa anak pun menjelaskan bahwa ia mencari guru Bahasa Inggris yang bernama Pak M. Dulu, Pak M mengajar di Purwodadi (tepatnya tidak jelas), lalu pindah ke SMP 1 Kudus dan sekarang mengajar di SMP 1 Dawe. Bu Lenny pun menerangkan bahwa setahu dia, tak ada guru Bahasa Inggris yang bernama Pak M, dan merupakan pindahan dari Purwodadi Grobogan, baik itu di SMP 1 Kudus, di SMP 1 Dawe, maupun di SMP SMP yang lain di kabupaten ini. Lagipula, sejak otonomi daerah, proses pindah tempat mengajar tak semudah dulu. Setelah diterangkan begitu, berlalulah dua orang itu dari kantor TU dengan wajah mengandung sejuta tanya dan kecewa.
Saya yang waktu itu di kantor karena kebetulan setiap Senin kosong jam, terkesima melihat kejadian itu. Sontak, saya dan teman-teman yang kebetulan ada di sana, teringat dengan syair lagu Alamat Palsu-nya Ayu Ting Ting: Ia datang dengan seorang teman, membawa serta selembar alamat. Yang ditemui justru orang lain karena sang kekasih memberikan alamat palsu. Apes.
Jangan jangan… Seribu pikiran buruk menyelinap dalam benak saya. Maklum, saya biasa berfiksi sehingga apa yang ada langsung menyentuh sinyal fiksi saya. Jangan-jangan si wanita yang membawa anak kecil adalah selingkuhan Pak M. Kalau, iya, bisa saja ini terjadi. Di kalangan guru, sebagaimana kalangan profesi yang lain, kadang memang ditemui kasus-kasus perselingkuhan. Ada yang antara guru dengan guru, guru dengan murid, guru dengan pengawas, guru dengan pegawai Dinas, guru dengan yang bukan guru, hehehe. Tentu, ini hanya contoh kasus yang prosentasenya sangat sedikit jika dibandingkan dengan guru yang setia terhadap pasangan.
Biasanya, jika ditemukan kasus perselingkuhan seperti ini, sang oknum guru lantas dikotakkan dengan dilarang mengajar. Bisa dengan dikantorkan di perpustakaan atau justru dikantorkan di Dinas Pendidikan. Heran, memang. Harusnya yang cacat moral hingga menodai kehormatan diri, keluarga, dan korps ini kan dipecat saja, ya, tapi kenapa malah diletakkan di kantor yang notabene kesannya malah lebih eksklusif ketimbang menjadi guru. Maaf, ini hanya opini, lho…
Lantas otak fiksi saya pun berkelana. Jika memang si guru ketahuan selingkuh oleh keluarga dan kantornya, tentu saja ia akan dipindahtugaskan, tak lagi mengajar di SMP X (saya sebut X karena tak jelas SMP-nya). Lantas, oleh keluarganya, si bapak bandel disembunyikan. Selesai kasus. Tinggal sang wanita yang kebingungan karena ditinggal kekasih hatinya.
Huaaa…. Sadisnya kalau begini yang terjadi. Saya berharap ini hanya otak fiksi saya saja yang mengelana. Semoga Pak M segera insyaf dan menemui sang wanita yang diberi alamat palsu olehnya. Lalu, tentang anak kecil yang bersama sang wanita? Adakah ia adalah dari Pak M? Entahlah, saya harap ini hanya pikiran fiksi saya saja, karena bagaimana pun seorang anak sangat membutuhkan kasih sayang kedua orang tuanya. Jangan sampai haknya hilang karena sang ayah yang tak bertanggung jawab.
Yah, jalan lagi deh otak fiksi saya. Mendingan nyanyi saja, yukkk…
Kemanakemanaaa… ke manaaaa….
Kuharus mencari kekasih hati…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H