Mohon tunggu...
Dian Kelana
Dian Kelana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengelana kehilangan arah

www.diankelana.web.id | www.diankelanaphotography.com | www.diankelana.id

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kartu Jakarta Sehat, Menjadikan Pelayanan Rumah Sakit Lebih Manusiawi

30 Juni 2014   08:32 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:12 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="632" caption="Ilustrasi, KJS (KOMPAS.com)"][/caption]

Pernahkah Anda atau salah satu anggota keluarga sakit dan harus dirawat di rumah sakit? Lalu apa yang Anda alami setelah tiba di rumah sakit dan saat mendapatkan perawatan atau harus menjalani rawat inap? Uang, itulah yang selalu menjadi persoalan dan ganjalan setiap kita berurusan dengan pelayanan rumah sakit. Sering kita mendengar pasien terlunta-lunta di rumah sakit karena tidak punya uang untuk membayar uang muka perawatan. Atau penderita di oper dari rumah sakit yang satu ke rumah sakit yang lain dengan alasan penuh, karena melihat kondisi si pasien dan keluarganya terlihat sebagai keluarga yang tak mampu untuk membayar biaya perawatan rumah sakit. Atau sering juga terdengar pasien tak boleh pulang karena belum melunasi biaya perawatan di rumah sakit. Cerita tentang hubungan antara pasien dan rumah sakit diatas, bukanlah isapan jempol atau hanya mengarang-ngarang. Sudah cukup sering media baik surat kabar atau televisi memberitakan perihal kasus-kasus seperti diatas. Namun tak pernah ada jalan keluar atau solusi yang memungkinkan masyarakat kalangan bawah ini bisa mendapatkan perawatan yang semestinya. Untuk masyarakat yang mempunyai KTP Jakarta khususnya, cerita seperti di atas sekarang mungkin sudah menjadi kisah masa lalu. Kalaupun ada, kasusnya mungkin sangat spesifik dan sudah jarang terdengar. Hal ini karena telah bekerjanya sistem pelayanan kesehatan masyarakat yang dikenal dengan Kartu Jakarta Sehat. Pada zaman pemerintahan Fauzi Bowo, memang sudah di kenal dengan pelayanan kesehatan dengan nama Jamkesmas. Tapi pelaksanaannya di lapangan masih jauh dari harapan. Sejak Jokowi mulai menjadi gubernur DKI Jakarta, masalah pelayanan kesehatan masyarakat kalangan bawah ini mulai mendapat perhatian yang serius. Pembuatan kartu Jakarta Sehat tak lagi sesulit pembuatan kartu Jamkesmas sebelumnya.

WP_000741
WP_000741
Pengalaman saya sendiri dalam mendapatkan KJS ini terbilang cukup mudah. Karena seringnya putra bungsu saya sakit dan harus di bawa ke Puskesmas, pihak Puskesmas lalu membantu menguruskan kartu KJS ini. Hanya dengan meninggalkan foto copy kartu keluarga dan foto copy KTP serta akte kelahiran bagi anak yang belum memiliki KTP. Menyadari penduduk Jakarta yang jutaan, masa penyelesaian kartu yang mencapai 3 bulan saat itu, saya rasakan masih wajar. Keberadaan Kartu Jakarta Sehat ini sangat saya rasakan manfaatnya, ketika kami sekeluarga sakit berturut-turut menjelang, saat dan setelah bulan puasa tahun lalu. Sebelum puasa, anak saya Rizqy kena typus dan dirawat di RS Tarakan selama 5 hari. Seminggu menjelang lebaran Istri saya sakit dan harus dirawat di RS Sumber Waras selama 4 hari. Karena kurang istirahat selama istri saya sakit, habis lebaran tensi saya naik 220/110. Sehingga terpaksa di bawa ke UGD RS Tarakan. Untunglah saya bisa rawat jalan dan tidak menginap di Rumah Sakit. Dalam tiga kejadian tersebut. Alhamdulillah kami tidak mengeluarkan uang sama sekali untuk biaya perawatan dan obat-obatan. Saat saya menulis artikel ini, anak saya Rizqy juga tengah terbaring di Rumah Sakit Sumber Waras, Jakarta. Ada infeksi di saluran ususnya. Kembali Kartu Jakarta Sehat ini menjadi penolong kami dalam berhubungan dengan rumah sakit. Disamping meringankan beban keuangan untuk biaya perawatan dan obat-obatan, Kartu Jakarta Sehat ini juga berimbas kepada semakin baiknya pelayanan rumah sakit terhadap pasien. Bila dulu ada anggota keluarga yang sakit, kami harus menyediakan uang kontan untuk uang muka perawatan. Kami juga harus menyediakan uang untuk pembelian obat-obatan yang harus ditanggung langsung oleh keluarga pasien. Adakalanya obat-obatan ini diresepkan oleh dokter untuk dua atau tiga hari. Tapi sering terjadi besoknya resep baru sudah ada lagi dan obat yang dibeli sebelumnya menjadi mubazir. Satu hal lagi, dulu para perawat yang merawat pasien sering bersikap ketus dan bermuka masam. Seakan pasien miskin itu atau keluarganya hanyalah orang buangan yang cukup dilayani sekadarnya. Apalagi bila obat yang ditebus tidak sesuai dengan jumlah yang diresepkan dokter. Karena keterbatasan uang, seringkali keluarga pasien hanya menebus obat setengah dari resep yang iberikan dokter. Tapi pengalaman saya sejak adanya Kartu Jakarta Sehat ini, pelayanan rumah sakit boleh dikatakan berubah cukup drastis. Pelayanan mulai dari pendaftaran hingga ke ruang perawatan kini lebih manusiawi. Kami tidak lagi melihat perawat yang melayani setengah hati. Mereka lebih ramah, sehingga membuat pasien juga lebih nyaman, Sehingga juga mempengaruhi pada proses penyembuhan si sakit. Kini pasien atau keluarganya juga tak lagi di uber-uber resep dokter setiap hari, karena obat-obatan sudah tersedia di rumah sakit, pasien hanya tinggal memakai atau menelannya. Semoga apa yang didapatkan dan dirasakan masyarakat Jakarta ini juga segera dapat dinikmati rakyat Indonesia seluruhnya, dari Sabang Hingga Merauke, karena telah berlakunya BPJS – JKN, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial – Jaminan Kesehatan Nasional

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun