Minggu, 31 Oktober 2010
Jam menunjukkan 10.30, saya janji bertemu dengan Yusep di Ciputat jam 12.00. Rasanya cukup waktu untuk naik kendaraan umum dari Tomang ke Ciputat.
Sayapun meninggalkan rumah, berjalan kaki menuju halte bus Telkom Jakarta Barat yang berhadapan dengan Mall Taman Anggrek dan Central Park.
Mendekati halte bus, dari jarak sekitar 50 meter saya melihat sebuah bus reguler 46 berhenti. Sopir bus menggamit saya untuk ikut naik bus dia, sayapun mempercepat langkah. Dalam hitungan beberapa detik sayapun berada dalam bus buatan Cina itu, mencari tempat duduk yang masih kosong dan menikmati perjalanan menuju Slipi yang jauhnya tak sampai dua kilometer itu.
Di perapatan Slipi saya turun dari bus 46 lalu mencari dan menaiki bus Koantas Bima 102 berwarna kuning-hijau jurusan Tanah Abang-Ciputat.
Saya naik bus yang masih belum penuh, mencari tempat duduk yang nyaman. Tidak berapa lama bus yang masih menyisakan beberapa bangku kosong itupun berangkat. Sayapun lalu memprbaiki posisi dudukdan kemudian.... tidur. Kebiasaan yang dipertahankan bila mendapatkan tempat duduk di dalam bis kota, hehehe...
Saya sampai di Ciputat pas saat azan zuhur berkumandang dari Masjid Agung Al-Jihad yang berada di pertigaan jalan H. Usman, Ciputat. Disamping jembatan layang yang berada diatas jalan Ciputat Raya.
Saya langsung menuju masjid untuk melaksanakan shalat zuhur, setelah selesai lalu menghubungi Yusep Hendarsyah untuk menjemput saya di Masjid Agung Al-Jihad itu.
Rupanya ada sedikit kesalah fahaman komunikasi , waktu saya telepon Yusep katanya sudah sampai di tempat parkir. Ketika saya lihat ke tempat parkir Yusep tak kelihatan. Setelah dihubungi kembali, rupanya Yusep menjemput saya ke masjid raya yang terdapat di komplek Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, lebih satu kilo melewati masjid tempat saya menunggu.
Tidak sampai lima menit kemudian barulah Yusep sampai di tempat aku menunggu, kamipun tertawa bareng mendapatkan kejadian itu, sesaat kemudian kamipun meluncur ke rumah Ence Abdurohim
Yusep Hendarsyah dan saya menapaki halaman rumah kompasianer Ence Abdurohim yang asri di kawasan Sarua Indah, Ciputat. Kami memang punya janji kopdaran hari itu.
Sebenarnya ada satu lagi kompasianer yang berencana ikut. Cuma karena ketidak tahuan saya, saya baru mengirimi dia pesan pagi hari Minggu itu, dengan perkiraan sang kompasianer itu adalah warga Jakarta sama dengan saya. Tapi saya mendapat jawaban bahwa dia sedang ke Semarang.
Namun setelah ngobrol dengan Ence, barulah saya tahu kompasianer dengan inisial SWW itu sebenarnya adalah orang Semarang. Akhirnya saya jadi tertawa sendiri mengingat apa yang saya lakukan dengan sms yang saya kirimkan tadi paginya. Jadi SWW bukannya sedang ke Semarang, tapi memang di Semarang.
Saya tertarik untuk bertandang kerumah Ence, setelah melihat album fotonya berjudulTanaman Buah Penghias Rumah di Facebook. Saya penyenang buah-buahan, karena dulu di sekeliling rumah gadang kami di Buah Baurai penuh dengan aneka macam buah-buahan. Namun sayang, karena semua penghuni rumah gadang pergi merantau setelah orang tua kami meninggal, taman surga kami itu mati karena minim perawatan dan usia yang telah tua.
Kami di sambut tuan rumah Ence Abdurohim bersama putri kecilnya Saidah di teras rumahnya bersama dengan kompasianer Herjono. Herjono sebelumnya datang bersama Yusep dari Karawaci dan diantarkan lebih dulu kesana, kemudian Yusep menjemput saya ke Ciputat dengan motornya.
Setelah ngobrol ngalor ngidul di temani pisang rebus, selai pisang dan kacang garing, obrolan kami berlanjut tentang tanaman dan buah-buahan serta melihat-lihat koleksi tanaman buah yang berada di sekeliling rumah Ence.
Rupanya tidak hanya buah-buahan yang kami dapati disana. Ence rupanya juga seorang penggiat tanaman hias, walau masih dalam skala kecil. Kamipun di bawa taman bunga garapannya, menikmati aneka bunga dan tanaman hias beraneka ragam jenis maupun ukuran dan usianya.
Cuma sayang karena tempat yang kurang memadai, tanaman hias yang beraneka ragam itu seakan berdesakan di area yang terbatas, sehingga kurang menampilkanciri maupun aura keanggunan dan keindahan masing-masing bunga tanaman hias itu. Kecuali yang berada di halaman depan, yang memang nampaknya lebih tertata. Sayapun agak sedikit kesulitan memotret tumpukan aneka jenis bunga yang agak tumpang tindih itu.
Kegairahan Ence dalam mengoleksi beraneka tanaman hias ini juga diimbangi Ence dengan menghafal semua jenis tanaman itu. Sayang saya bukanlah seorang penghafal maupun pencatat yang baik nama-nama beraneka jenis bunga dan tanaman hias itu. Mudah-mudahan beberapa foto koleksi tanaman hias maupun tanaman buah-buahan Ence ini dapat menjadi pintu maaf atas ketidak hafalan saya nama-nama tanaman hias itu.
Obrolan kami sore itu juga di selingi dengan makan mie ayam dan tongseng di warung langganan Encek beberapa kilo dari rumahnya.
Pulangnya kami di lepas Ence bersama sang istri, juga di beri kenang-kenangan berupa tanaman hias dari taman mininya.
[caption id="attachment_314622" align="aligncenter" width="500" caption="Rumah Ence Abdurohim yang asri dikelilingi tumbuhan di Serua Indah Ciputat"][/caption] [caption id="attachment_314625" align="aligncenter" width="500" caption="Ence ditemani putrinya Saidah, Yusep Hendarsyah dan Dian Kelana, ngobrol di teras sebelum berkeliling taman"][/caption] [caption id="attachment_314633" align="aligncenter" width="500" caption="Ence di antara tanaman hiasnya"][/caption] [caption id="attachment_314681" align="aligncenter" width="500" caption="Packing, siap dikirim ke tujuan, sementara Yusep dan Herjono menyaksikan dengan seksama"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H