Untuk lebih memasyarakatkan lagi Pancasila sebagai dasar negara. Presiden ke 5 Republik Indonesia, Megawati Soekarno Putri, lalu memperkenalkan sebuah ucapan salam yang telah lama dilupakan anak bangsa. Sebuah salam yang diperkenalkan oleh Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno. Salam nasional bangsa Indonesia yang disampaikan melalui Maklumat pemerintah tanggal 31 Agustus 1945, yang saat itu saat itu lebih dikenal dengan "Salam Merdeka".Â
Dalam prakteknya sebagaimana diperagakan oleh Soekarno saat itu yang lebih familiar dipanggail sebagai Bung Karno, hal pertama yang dilakukan adalah mengangkat tangan kanan naik setinggi telinga. Dengan lima jari bersatu, lalu diikuti dengan suara mengguntur mengucapkan salam nasional: Merdeka!
Makna pekik merdeka pada "Salam Merdeka" tersebut dijelaskan oleh Bung Karno sebagai "pekik pengikat". Bukan saja pengikat biasa, melainkan adalah cetusan bangsa Indonesia yang berkuasa sendiri, dengan tiada ikatan imprealisme tanpa penjajahan, tanpa eksploitasi manusia atas manusia dan bangsa oleh bangsa lain sedikitpun. Pekik ini juga menunjukkan bahwa revolusi Indonesia belum selesai, menuju perwujudan Indonesia yang merdeka berdaulat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
Di depan 503 mahasiswa perwakilan dari seluruh Indonesia yang sedang mengikuti program Penguatan Pendidikan Pancasila yang digelar oleh UKP-PIP di halaman Istana Presiden, Bogor, Jawa Barat, pertengahan Agustus lalu. Megawati memperagakan "Salam Pancasila" sebagaimana diajarkan oleh Presiden pertama Ir Soekarno.Â
Disaksikan para mahasiswa, Megawati memperagakan gerakan tangan kanan serupa posisi hormat. Namun, ujung jari tidak menempel di dahi, melainkan berjarak sejengkal dari dahi bagian kanan. Gerakannya pun mesti sedikit menghentak. Megawati kemudian berteriak, "Salam Pancasila". Serentak para mahasiswa melakukan persis yang diperagakan Megawati. "Salam Pancasila", seru mereka kompak. Presiden Joko Widodo yang juga hadir dan memberikan pidato usai Megawati juga memperagakan hal yang sama.Â
Menjadikan pertemuan dengan ratusan mahasiswa tersebut sebagai langkah awal memperkenalkan Salam Pancasila, maka langkah pembinaan ideologi Pancasila sebagai sebuah gerakan nasional, khususnya untuk para generasi muda, atau yang lebih dikenal dengan generasi milenial zaman now. Kesinambungan pemberian pemahaman yang lebih dalam tentang Pancasila, agar tidak terpengaruh oleh ajaran lain yang menyesatkan, Pemerintah menunjuk BPIP sebagai ujung tombak.
Berbeda dengan apa yang diperagakan megawati, Mukhlis PaEni, sejarawan yang juga mantan kepala ANRI. Menjelaskan bahwa salam Pancasila yang diperagakan Megawati, berbeda dengan apa yang di perlihatkan Bung Karno. Bung Karno, jelas Mukhlis, bila bertemu dengan rakyat jelata, maka dia akan mengangkat tangannya menyampaikan Salam Merdeka dengan sikap yang lemah-lembut, bukan dengan menghentak.Â
Karena Bung Karno tidak ingin terlihat suka membentak bila berhadapan rakyat. Bung Karno akan mengangkat tangannya dengan lambat, setelah tangannya mencapai sejajar telinga, barulah menyebut "Merdeka" dengan tekanan suara yang lembut. Sebagaimana di perlihatkan pada sebuah film dokumenter milik Arsip Nasional yang di tayangkan saat itu. Kita tidak tahu peragaan yang mana nanti yang akan dipakai oleh BPIP dalam pelaksanaan sosialisai Salam Pancasila ini di tengah masyarakat.Â
Mengadakan seminar tentang Pancasila di hari Sumpah Pemuda di Gedung Arsip Nasional Republik Indonesia atau ANRI, seakan sekali merangkuh dayung dua tiga pulau terlampaui. Memberi kesempatan kepada sekitar 150 peserta dengan lebih dulu mengikuti tour di ruangan yang menyimpan arsip sejarah Republik Indonesia, memberikan bekal bagi para peserta untuk mengikuti seminar di acara berikutnya.Â
Namun singkatnya waktu untuk bisa mengetahui lebih banyak dan mendalam tentang sejarah perjuangan bangsa Indonesia di masa penjajah hingga masa kemerdekaan, membuat para peserta tidak begitu bisa melihat maupun mempelajari sejarah masa lalu yang penuh perjuangan yang memakan korban nyawa dan harta serta kekayaan negara yang tak terbilang nilainya.