Tak bisa menunggu lama, saya lalu lari menuju tangga dan terus berlari menuruni tangga setinggi 8 lantai hingga ke lantai dasar. Keluar dari tangga dan berjalan cepat menuju halaman parkir, saya tak melihat lagi bus carteran yang akan mengantar kami ke tujuan. Parkiran hanya diisi oleg kendaraan pribadi dengan privelege khusus.
Dengan tubuh lemas dan nafas terengah-engah, saya berjalan lambat kembali menuju lift. Penyesalan yang timbul belakangan kenapa saya sampai tertidur begitu pulas di dalam bus, mendera perasaan saya. Namun semua itu tak berarti lagi. Penyesalan tinggal penyesalan yang tidak ada artinya.
Sejak itulah sebuah janji terpatri, cukup sekali itu saya mengalami keterlambatan. Saya harus mengambil pelajaran dari apa yang saya alami saat itu, yaitu harus bisa mengatur waktu, menghargai waktu dan menjaga ketepatan waktu bila berjanji untuk bertemu atau menghadiri suatu acara.Â
Alhamdulillah hingga saat ini saya masih bisa menjalaninya, kecuali ada kejadian luar biasa yang memaksa saya dan diluar kendali saya, sehingga saya tak bisa hadir tepat waktu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H