Mohon tunggu...
Dian Kelana
Dian Kelana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengelana kehilangan arah

www.diankelana.web.id | www.diankelanaphotography.com | www.diankelana.id

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Perjalanan Menuju Masa Depan

6 Maret 2019   11:43 Diperbarui: 7 Maret 2019   08:41 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi yang sudah membaca novel Seorang Balita di Tengah Pergolakan PRRI, mungkin ada yang penasaran, bagaimana kelanjutan kisah sang bocah kecil yatim piatu itu?

Cuplikan akhir perjalanan sang bocah di novel Balita PRRI: Baru seminggu bersekolah, pihak keluarga sepakat untuk memasukkannya ke Panti Asuhan, agar pendidikannya lebih terjamin dan terarah lebih baik. Salah seorang dari pihak keluarga ayahnya lalu mengantarkannya. 

Kisah lengkapnya ada di sini...

*****

Dengan sampainya kami di jalan ini berarti kini kami sudah memasuki nagari Salo Bungo Koto Tuo. Tapi umumnya penduduk  sering menyebutnya hanya Salo, karena terlalu panjang untuk di sebut lengkap. 

Memasuki jalan raya itu, kami langsung belok kekanan, dan itu berarti langsung naik jembatan yang membentang di atas Agam yang tadi kami lewat di pematangnya. Jembatan ini terbuat dari kayu, tebal papan alasnya sekitar 8 centimeter yang disusun berjejer di atas bentangan sepasang besi baja yang menghubungkan kedua sisi jembatan.

Salah satu keunikan jembatan ini adalah karena memakai atap. Untuk apa jembatan ini diberi atap? Jarak perkampungan antara Jorong  atau desa Kuruak dengan jorong Kampuang Panjang sekitar satu kilometer. Diantara dua jorong ini terbentang sawah yang luas, di tengah persawahan inilah mengalir sungai yang di kampungku disebut agam. Agam yang membelah dua persawahan ini sekaligus menjadi batas antara jorong Kuruak dengan jorong Kampuang Panjang. 

Pada tahun 60an dan sebelumnya, penduduk yang melintas di jalan ini umumnya berjalan kaki atau naik sepeda. Bila dalam perjalanan itu datang hujan, maka ke jembatan inilah para pejalan itu berteduh. 

Begitu juga dalam keadaan musim panas, jembatan itu juga berfungsi sebagai tempat berteduh dari sengatan teriknya matahari yang membakar bumi. 

Fungsi lain dari jembatan ini adalah, di bawah jembatan terdapat bendungan irigasi untuk pengairan sawah penduduk setempat. Bila musim kesawah tiba, balok penghalang air diturunkan, sehingga permukaan air sungai naik dan mengalir melalui saluran irigasi. Bila musim kesawah telah lewat, maka balok penahan air akan diangkat lagi, sehingga sawah-sawah di hilir saluran akan kekeringan, menunggu masa panen.

Hari masih pagi dan matahari masih bersembunyi di balik bukit barisan, kami tetap meneruskan perjalanan. Setelah melewati jembatan, sekitar 20 meter kemudian kami kembali melewati jembatan. Jembatan ini adalah jembatan yang di bangun diatas saluran irigasi. Sungai kecil yang lebarnya kurang dari separo sungai yang baru saja kami lewati. Kami terus berjalan, walau belum disengat matahari, hawa hangat mulai aku rasakan. Keringat mulai terasa membasahi tubuhku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun