Mohon tunggu...
Dian Kelana
Dian Kelana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengelana kehilangan arah

www.diankelana.web.id | www.diankelanaphotography.com | www.diankelana.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Allah Mengganti dengan yang Lebih Baik

22 Mei 2018   08:12 Diperbarui: 22 Mei 2018   08:28 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jumat 18 Mei 2018

Berhubung sorenya ada undangan berbuka bersama dan pihak pengundang menentukan dress code Putih, maka pagi sekitar jam 9, saya lalu pergi ke Pasar Tanah Abang, untuk membeli selembar kemeja putih untuk saya pakai di acara buka bersama tersebut.

Sebagai pusat grosir terbesar di Indonesia, bahkan Asean, tentu saja banyak pilihan di Blok A maupun Blok B Pasar Tanah Abang. Tapi karena banyak pilihan itu yang membuat saya ragu, mau beli baju koko atau kemeja biasa, mau lengan panjang atau lengan pendek, tak satu juga yang langsung kena di hati, hingga satu jam berlalu dari blok ke blok dari lantai dasar ke lantai diatasnya. Namun belum satu juga berkenan dan menjadi pilihan.

Sebenarnya saya punya satu kemeja putih tangan panjang, masih baru karena baru sekali pakai. Hanya saja di bagian dada kiri kemeja tersebut terdapat merek sebuah institusi yang dibordir aneka warna, sementara saya bukanlah anggota dari institusi bisnis tersebut. Saya mendapatkan kemeja itu karena pernah mengikuti acara yang disponsori oleh institusi tersebut sebagai anggota panitia. Oleh karena itu saya merasa kurang nyaman memakainya, untuk mengikuti acara buka bersama itu.  

Setelah capek berkeliling sementara waktu shalat Jumat juga semakin dekat, tanpa banyak pilih lagi, saya lalu membeli sebuah kemeja putih tangan pendek. Saat akan meninggalkan toko si penjual, sempat terfikir apakah kemeja itu akan saya masukkan ke dalam tas, atau dijinjing saja karena sudah dikasih kantong plastik, juga karena tempat kos saya tidak terlalu jauh dari Pasar Tanah Abang? Tapi berhubung sudah jauh dari tokonya dan juga repot untuk membuka tas punggung saya di gang pasar yang ramai dan sempit itu, makanya saya tidak jadi memasukkannya ke dalam tas.

Sampai di teras pasar Blok A yang berada di bawah jembatan Metro Tanah Abang, saya memesan Grab. Saat ojol itu sampai, saya naik dan kamipun meninggalkan pasar Tanah Abang menuju arah Jati Baru. Sampai di perempatan Jati Baru ojek belok kiri dan naik jembatan layang Jati Baru yang melintas di atas Stasiun Tanah Abang menuju Kota Bambu. 

Saat berada di pertengahan jembatan layang, saya teringat kemeja yang barusan saya beli. Saya lalu melihat di pangkuan dan sela antara pengemudi dan saya, tidak ada, juga di balik jaket yang saya pakai, juga tidak ada! Terbit keinginan untuk menyuruh pengemudi ojek untuk balik lagi ke Tanah Abang, tapi sebaliknya saya juga terpikir, apakah saya akan menemukannya lagi di teras Blok A yang dilewati begitu banyak orang? Saya lalu istigfar, lalu  menghela nafas dan berkata dalam hati agar saya mengikhlaskan saja apa yang telah terjadi. Semoga kemeja itu ditemukan oleh orang yang benar-benar membutuhkannya untuk lebaran atau dipakai sehari-hari. Tanpa memberitahu kejadian yang saya alami kepada pengemudi ojek, kami melanjutkan perjalanan menuju Kota Bambu. 

Dengan kemeja putih bertuliskan nama sebuah institusi itu, sorenya saya menghadiri acara buka bersama di alamat yang sudah ditentukan pengundang di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.

Sabtu pagi, sebagaimana biasanya, saya mulai bekerja membantu teman di studio fotonya. Sekitar jam 11, teman pemilik studio datang. Saat saya menemuinya di ruang dalam studio, dia memberikan sejumlah uang sambil mengatakan "Ini ada rejeki da, dari acara yang dulu..." Sambil mengucapkan terimakasih dan mengantongi uang tersebut, saya teringat beberapa minggu lalu saya memberikan nomor telepon dia kepada calon pelanggan yang saat itu sedang melangsungkan pernikahan anaknya. Dia menghubungi saya karena fotografer yang sudah dibooking tidak datang tanpa alasan yang jelas. Alhamdulillah teman bisa mengambil order dadakan tersebut, padahal dia belum sembuh benar dari operasi usus buntunya.

Setelah kembali ke ruang komputer untuk melanjutkan pekerjaan, bayangan kehilangan kemeja kemarin berkelebat di depan mata. Sayapun membatin, inikah rizki yang dikirim Allah pengganti yang hilang kemarin? Alangkah cepatnya Allah menggantinya dengan jumlah yang jauh lebih besar. Alhamdulillah, hanya itulah yang bisa saya ucapkan sebagai rasa syukur...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun