Islam merupakan agama dengan penganut yang terbanyak di Indonesia. Tentu saja bukan hal yang aneh jika tayangan mengenai keseharian dari para penganut agama Islam muncul ke permukaan dengan berbagai topik yang ada dari berbagai media ke berbagai kalangan, entah bagi yang menganut agama Islam ataupun tidak.
Sebagai seseorang yang tidak beragama Islam, tentu saja saya tertarik dengan salah satu sifat yang banyak mereka (penganut agama Islam) tonjolkan, seperti pentingnya untuk membantu orang-orang yang lebih lemah dan lebih membutuhkan bagi mereka. Hal ini kemudian membawa pertanyaan baru bagi saya, apa yang menjadi latar belakang dari terbentuknya pola pikir serta sifat yang seperti itu? Yang dimana hal ini kemudian terjawab dalam salah satu buku yang menjadi bahan bacaan saya dalam beberapa hari terakhir, yaitu Sejarah Tuhan dari Karen Armstrong.
Dalam buku tersebut ada satu bab yang membahas tentang suku Quraisy. Dijelaskan bahwa dalam dua generasi sebelumnya suku tersebut menjalani kehidupan nomadik yang keras di tanah Arab, mereka melalui hari demi hari dalam perjuangan untuk mempertahankan diri mereka. Pada masa ini, kepentingan dari suku harus selalu diutamakan dibandingkan kepentingan pribadi, hal ini dikarenakan setiap anggota suku mengetahui bahwa untuk dapat bertahan hidup mereka harus saling mengandalkan satu dengan yang lainnya. Hal ini kemudian membuat setiap anggota suku memiliki kewajiban dalam memperhatikan orang lemah dan membutuhkan dalam suku mereka. Pada abad keenam, suku ini meraih kesuksesan besar dalam perdagangan sehingga menjadikan Makkah sebagai kawasan yang paling penting di Arab. Keberhasilan tersebut membawa mereka dalam kegelimpangan harta yang melimpah, yang bahkan tidak pernah bisa mereka bayangkan selama ini. Perubahan pendapatan tentu saja akan membawa perubahan lainnya dalam suatu kelompok, hal ini juga terjadi terhadap suku Quraisy. Nilai-nilai komunal yang dimiliki oleh suku Quraisy selama ini telah tergantikan oleh individualisme dan persaingan berkembang menjadi norma. Persaingan juga terjadi terhadap suku Badui di kawasan Hijaz dan Nejed.
Untuk menanamkan semangat komunal yang esensial dalam mempertahankan hidup, orang Arab mengembangkan ideologi Muruwah, suatu konsep etik yang banyak mengandung fungsi agama.
“Muruwah bisa berarti keberanian dalam peperangan, kesabaran dan ketabahan dalam penderitaan, dan kesetiaan mutlak kepada suku.” (Karen Armstrong:1993)
Muruwah sangat menekankan nilai egalitarianisme dan tidak peduli terhadap materi yang dimiliki, karena nilai yang dikejar kedermawanan terhadap orang-orang yang membutuhkan. Sifat ini yang kemudian menjadi penting bagi agama Islam. Dari hal ini dapat dilihat bahwa Islam mengadopsi nilai-nilai komunal yang dimiliki oleh suku Quraisy dan ideologi Muruwah dari Arab yang kini banyak dipraktikkan dan bahkan sering dilakukan oleh orang-orang yang menganut Agama Islam. Berada ditengah masyarakat yang memiliki 6 Agama yang sah di mata hukum, serta dengan berbagai aliran kepercayaan dari tiap masyarakat banyak membawa pengetahuan baru yang sangat menarik.
Daftar Pustaka
Armstrong, Karen. Sejarah Tuhan: Kisah 4.000 Tahun Pencarian Tuhan dalam Agama-Agama Manusia. Bandung: PT. Mizan Pustaka, 1993.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H