Mohon tunggu...
Dianita Sahentendi
Dianita Sahentendi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Ingin meningkatkan kemampuan menulis saya

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Aku Perempuan: Derita yang Tak Terucap

15 Maret 2024   23:18 Diperbarui: 15 Maret 2024   23:38 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku perempuan
Hati dan ragaku rapuh berdiri
Dalam cengkeraman dan rintihan luka yang tak terkira
Rahasia kelam menggelayut di sudut hati

Aku perempuan, tak lagi hanya nama
Tapi simbol derita dan lara
Dalam diamku, bisikan pun tak berani terucap
Rintihan jiwa yang kian terpenjara

Bibirku terkunci rapat
Menutup cerita yang tak terucap
Mataku terpaku pada bayang hitam
Membenam dalam sunyi, dalam lamun pilu


Aku perempuan, bukan hanya ragawi
Tapi jiwa yang terkoyak lara
Dalam kamar gelap, angan pun terkubur
Di antara dinding-dinding yang berbisik

Namun, dalam sunyi aku bangkit
Menguatkan langkah kaki
Agar tegar dalam menjalani hari
Mengangkat diri dari puing-puing luka
Menjadi kisah kekuatan yang tak terpadamkan
Aku Perempuan, merajut lagi mimpi-mimpi indah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun