Apa itu feminisme?
Feminisme merupakan sebuah kerangka berpikir dan gerakan yang menganalisis serta memperjuangkan hak-hak perempuan yang mengalami ketertindasan.[1]
Rosemarie P. Tong membagi feminisme dalam tiga (3) gelombang besar. Dimana ketiga gelombang besar feminisme ini memiliki ciri khasnya masing-masing, dengan titik berangkat yang berbeda dan mengikuti sejarah perkembangan pemikiran manusia.[2] Dalam tulisan ini, penulis akan menjabarkan secara singkat tentang feminisme gelombang pertama (untuk gelombang kedua dan ketiga nanti pada tulisan berikutnya).
Gelombang Pertama FeminismeÂ
Gelombang pertama feminisme memiliki kaitan dengan terjadinya Revolusi Prancis pada tahun 1789, dengan pemikir seperti Mary Wollstonecraft, Sejourner Truth, dan Elizabeth Cady Stanton.[3] Terdapat tiga paham feminisme yang mewarnai gelombang pertama ini, yaitu Feminisme Liberal, Feminisme Radikal dan Feminisme Marxis dan Sosialis.
Feminisme LiberalÂ
Liberalisme menjadi asal mula terbentuknya Feminisme Liberal.[4] Dimana Feminisme Liberal memiliki tujuan untuk menciptakan "masyarakat yang adil dan peduli tempat kebebasan berkembang", dengan pemikiran seperti ini baik perempuan maupun laki-laki dapat mengembang diri.[5] Tuntutan yang diberikan oleh Feminisme Liberal adalah pendidikan yang setara, hak politik dan kesempatan ekonomi yang setara.[6] Feminis Liberal ingin agar perempuan dan laki-laki memiliki kesempatan yang sama baik dalam pendidikan, politik maupun ekonomi. Dengan tercapainya hal tersebut, perempuan akan bisa terbebas dari peran gender yang opresif, yaitu peran yang membenarkan dan melanggengkan perempuan dalam tempat yang lebih rendah atau bahkan tidak memberikan tempat sama sekali terhadap perempuan dibidang pendidikan, politik dan ekonomi.[7]
Â
Feminisme Radikal
Feminis Radikal memiliki keyakinan bahwa yang menjadi akar ketertindasan perempuan adalah sistem seks/gender.[8] Feminis Radikal berpandangan bahwa pada awalnya masyarakat patriarkal menggunakan fakta-fakta tertentu tentang fisiologis yang dimiliki oleh perempuan dan laki-laki entah itu kromosom, anatomi atau hormon, yang digunakan sebagai dasar untuk membentuk identitas dan perilaku tertentu seperti "maskulin" dan "feminin" yang dimana identitas dan perilaku yang terbentuk tersebut dipakai untuk memberdayakan laki-laki dan melemahkan perempuan. Â Penindasan menurut Feminisme Radikal adalah dominasi terhadap seksualitas perempuan.[9] Oleh karena itu Feminis Radikal memperjuangkan hak-hak reproduksi dan peran seksualitas.[10] Dengan adanya pengambilalihan atas dominasi tubuh perempuan, dari laki-laki terhadap perempuan sendiri, akan membuat perempuan semakin berani dalam menentukan pilihannya atas tubuhnya sendiri tanpa intervensi dari pihak lain. Dimana perempuan bisa menentukan secara bebas untuk tidak atau memiliki anak, berapa jumlah anak yang diinginkan, karena perempuanlah yang paling berhak menentukan apa yang ia inginkan atas tubuhnya.
Â