Mohon tunggu...
Dianita Sahentendi
Dianita Sahentendi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Ingin meningkatkan kemampuan menulis saya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Refleksi Artikel Jurnal

23 Februari 2024   14:07 Diperbarui: 23 Februari 2024   14:09 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

2. Menghargai perbedaan dan kemajemukan yang ada;

3. Harus hati-hati dalam setiap hal yang dilakukan dalam proses belajar-mengajar;

4. Peka terhadap dinamika kekuasaan yang ada dalam proses belajar-mengajar;

5. Perlu adanya ruang lain untuk menerima berbagai cerita yang tidak hanya bersumber di Alkitab;

6. Memfasilitasi negosiasi dan kontradiksi;

7. Menggunakan media yang kreatif;

8. Adanya resistensi dan kritik terhadap nilai-nilai kolonial yang ada di gereja dan diluar gereja.

Refleksi

Pendidikan Agama Kristen yang dilakukan pada konteks sekarang masih cenderung melanggengkan nilai-nilai yang menindas yang ditinggalkan mulai dari zaman penjajahan oleh pemerintahan Belanda. Mulai dari penekanan terhadap metode balajar-mengajar menggunakan metode memorisasi atau hafalan yang lebih menekankan pada segi kognitifnya tanpa mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki oleh individu tersebut. Kemudian penekanan terhadap metode monolog, yang lebih cenderung terhadap penerusan makna bukan tentang bagaimana pendeta dan anggota jemaat sama-sama berdiskusi dan menciptakan makna bersama sesuai dengan konteks yang dimiliki oleh masing-masing gereja.

Setiap anggota jemaat merupakan individu yang telah terbentuk melalui sosialisasi yang terjadi di lingkungan dimana ia berada. Sehingga menggunakan metode monolog atau penerusan makna terhadap anggota jemaat merupakan sebuah metode yang kurang tepat lagi, karena hal itu akan cenderung membuat firman yang disampaikan tidak selaras dengan kehidupan sehari-hari yang dijalani oleh anggota jemaat. Hal inilah yang membuat saya setuju dengan penulis, bahwa perlu adanya upaya dekolonialisasi terhadap Pendidikan Agama Kristen yang ada di Indonesia. Dimana dalam metode pengajarannya gereja dan anggota jemaat harus peka terhadap nilai-nilai yang menindas yang terus dilanggengkan hingga sekarang. Kepekaan ini harus ditunjukkan tidak hanya di lingkungan gereja saja, melainkan di lingkungan luar gereja juga. Namun hal ini menjadi sebuah tugas besar, karena tidak semua orang menyadari tentang penindasan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan kadang penindasan dianggap sebagai hal yang wajar untuk dilakukan ditengah kehidupan bermasyarakat. Hal ini terjadi, karena nilai-nilai penindasan tersebut telah terinternalisasi dalam diri setiap individu melalui sosialisasi dalam lingkungannya. Seperti, terciptanya budaya diam di kalangan orang percaya. Saat ada kasus perundungan terhadap saudara-saudara yang ada di Papua gereja hanya diam, tanpa memberikan suara untuk mendukung saudara-saudara yang di Papua. Hal tersebut membuat gereja secara tidak langsung mengajarkan anggota jemaat untuk tetap diam dan tidak mengambil tindakan saat ada ketidakadilan yang terjadi terhadap orang lain.

Kritik dan saran

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun