Eksistensi dan tren pembayaran menggunakan transaksi digital di tengah-tengah kaum milenial semakin menjamur. Hal ini dipengaruhi oleh semakin majunya perkembangan teknologi yang masif terjadi di seluruh penjuru dunia. Bagaikan magnet kuat bagi milenial, dalam waktu singkat, pengguna dompet digital untuk melakukan transaksi digital semakin banyak. Kini pembayaran dengan menggunakan transaksi digital menjadi primadona dimana -- mana.
Hal ini diperkuat dari data yang diperoleh  dari laman resmi Bank Indonesia yang menunjukkan adanya peningkatan transaksi digital setiap tahunnya. Menurut data BI, pada Agustus 2020 nilai nominal transaksi uang elektronik mencapai Rp17,23 triliun dengan volume 386,7 juta transaksi. Nilai itu meningkat dibandingkan Juli yang sebanyak 381,5 juta transaksi, senilai Rp16,09 triliun[1].Â
Data akumulasi volume transaksi digital pada 2019 mencapai 5,2 miliar transaksi dengan total nominal transaksi Rp145 triliun. Angka ini meningkat tajam dari tahun sebelumnya yang mencapai angka 2,9 miliar transaksi dengan total nominal transaksi sebesar Rp47 triliun [2]. Sungguh angka yang fantastis bukan?
Peluncuran Program LKD milik BI Dukung Gerakan Transaksi Digital
Dalam rangka memperkenalkan transaksi non tunai di Indoensia, Bank Indonesia (BI) meluncurkan program Layanan Keuangan Digital (LKD). LKD adalah kegiatan layanan jasa sistem pembayaran dengan menggunakan teknologi mobile based maupun web based dan jasa pihak ketiga (agen). Target LKD adalah masyarakat unbanked dan underbanked  [3].
Manfaat dari LKD ini masyarakat dapat melakukan belanja atau transaksi online dengan mudah, begitu pula dengan membeli pulsa dan token listrik. Untuk melakukan transfer uang dapat lebih cepat dan praktis dan tidak perlu datang ke kantor fisik untuk melakukan transaksi.Untuk beberapa bank di Indonesia, sudah ada yang telah menggunakan produk LKD, seperti Bank Mandiri dengan e-Cash, SaKuku untuk Bank Central Asia (BCA) dan Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang baru saja menggandeng T-Bank [3].
Fenomena meluasnya penggunaan dompet digital ini merambah ke seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Sehingga tak heran berbagai instansi berlomba -- lomba untuk membuat start up dompet digital, sebut saja Gopay, OVO, Dana, LinkAja, Shopeepay dan masih banyak lainnya. Hadirnya dompet digital juga mendukung program pemerintah dalam menggalakkan transaksi non-tunai saat pandemi Covid-19. Pembayaran non-tunai merupakan salah satu upaya mengurangi kontak fisik dengan orang lain untuk mencegah penularan Covid-19.
Lalu apa yang membuat dompet digital ini istimewa di mata milenial?Â
Di era yang serba digital ini, berbagai kemudahan ditawarkan dompet digital ada dalam genggaman. Dengan sekali klik, kita bisa melakukan beragam transaksi non tunai yang bisa dilakukan secara digital dengan dompet digital yang dapat diunduh dari PlayStore maupun AppStore di smartphone. Kemudahan transaksi yang didapat mulai dari belanja di marketplace hingga bayar tol, transaksi di merchant baik offline maupun online yang bekerja sama dengan dompet digital, transfer ke bank, dan masih banyak lainnya. Sehingga penggunanya bisa bertransaksi dimana saja dan kapan saja sesuai keinginan.
Fitur 'Ajaib' yang Memikat Pengguna Dompet Digital
Sistem transaksi online kini menjadi solusi yang banyak digunakan masyarakat terutama kaum milenial. Â Jika dahulu kita berbelanja secara offline dan harus ke toko menggunakan uang tunai ataupun debit dengan kartu ATM, kini kebiasaaan berbelanja bergeser jadi serba online baik melalui marketplace, website ataupun media sosial. Pembayaran pun dapat dengan mudah dilakukan dengan transfer menggunakan dompet digital.