Sesekali melakukan hal-hal baru di luar rutinitas bisa mengembalikan semangat yang drop karena tingkat kejenuhan sudah ada di ujung kepala. Hal baru buat saya adalah mengunjungi kota-kota indah di Indonesia yang biasanya hanya dilihat gambarnya di tv, koran, atau majalah. Traveling tanpa persiapan yang detail selama di kota tujuan jadi gaya saya. Semua serba dadakan dan kadang tergantung ajakan teman.
Hal utama yang harus, kudu dan mesti dilakukan saat travelling hanya 2, pemesanan tiket pesawat/kereta pp  dan hotel. Sisanya lihat saja nanti. Hehe..
Saya sih belajar nerimo aja dengan apapun yang kemungkinan terjadi dengan persiapan amat sangat minim ini. Toh, dalam hidup pun saya tidak pernah tahu apa yang akan terjadi nanti walaupun dengan persiapan matang sekalipun. Sebetulnya ini nggak baik sih tapi saya enjoy saja menjalaninya.
Pernah saya hanya punya persiapan sekitar 1 minggu. Saat itu nekat jadi modal utama. Sahabat saya yang kebetulan satu kantor sering berburu tiket pesawat yang murah. Saat dia lihat ada penerbangan murah ke Jogja, dia langsung mengajak saya dan tanpa berpikir lebih dahulu apakah kami diijinkan atasan mengambil cuti bersamaan. Ternyata hal yang serba dadakan ini memicu adrenalin saya dan semangat kerja entah kenapa tiba-tiba meningkat. Waktu 1 minggu yang mestinya saya pergunakan untuk membuat itinerary selama di Jogja justru saya gunakan untuk menyelesaikan pekerjaan selama nanti saya absen di kantor. Tiap hari jadi semangat berangkat ke kantor. Jadi saya dapat triple excitements – sebelum, saat dan sesudah travelling. Nah, seru kan!
Traveling ke Bromo juga mirip-mirip lah. Kali ini karena ajakan sepupu yang tinggal di Malang untuk bareng-bareng ke Bromo. Nah yang ini ajakan datang lebih dulu, setelah itu baru saya beli tiket pesawat pp dan tanpa booking hotel. Lumayan longgar waktu yg ada untuk persiapan ini dan itu, tapi saya hanya beli jaket tebal saja. Selanjutnya, saya justru lebih antusias bekerja di kantor. Seperti dugaan sebelumnya, banyak kejadian-kejadian yang ngeselin tapi saya cuma menghela nafas saja. Pertama, delay 3,5 jam saat di Bandara Soekarno-Hatta. Untungnya kami tidak punya agenda khusus saat nanti tiba di Malang, jadi saya sih santai saja. Kedua, saat naik taksi di Bandara Abdul Rachman Saleh Malang, di tengah jalan si supir tiba-tiba berhenti dan menaikan penumpang laki-laki yang tinggi besar dan tanpa permisi masuk dan duduk di kursi depan. Terang saja kami kaget dan syok sampe beberapa menit kami speechless. Terbayang kejahatan yang belakangan marak terjadi di Jakarta. Akhirnya teman saya menegur supir taksi dan penumpang gelap itu. Baru deh mereka minta maaf dan menjelaskan si penumpang hanya ikut sampai keluar dari komplek TNI AU saja karena tidak ada ojek. Ketiga, setelah terkaget-kaget karena ulah pak sopir yang sembrono ini, lapar melanda. Dibawalah kami ke Restoran Gang Jangkrik yang katanya terkenal dengan cwi mie-nya. Sampai di sana, saat pelayan memberikan menu, saya kaget karena ternyata cwi-mie-nya pakai daging babi. Haiyaaaahhhhh... tapi karena teman saya yang non-muslim ini sudah kelaparan, terpaksalah saya duduk manis di sebelahnya sambil minum es campur sekedar mengganjal perut. Di dalam taksi saya tertawa dalam hati, ini dia yang bikin liburan jadi menyenangkan!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H