Mohon tunggu...
Diani
Diani Mohon Tunggu... Lainnya - Writer

Menulis adalah coping mechanisme kalau lagi gendok sama orang. Biarlah unek-unek ini menjadi mahakarya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jomblo Itu (Bukan) Aib

4 September 2023   10:00 Diperbarui: 4 September 2023   10:03 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kasian banget jomblo, gak laku ya?"
"Padahal dia cakep kok gak punya pacar ya?"
"Jangan-jangan dia gak doyan cwk lagi..."


Saya kadang heran, jadi jomblo memang sehina itu ya? Seolah-olah alasan jomblo itu hanya ada dua: tidak laku dan tidak tertarik dengan lawan jenis.

Padahal pacaran itu bukan sebuah kewajiban, melainkan pilihan. Jadi, orang bebas dong memilih untuk pacaran atau tidak pacaran. Jangan mentang-mentang masyarakat sudah menormalisasi pacaran, semua orang dewasa dianggap wajib memiliki pasangan. Lalu, mereka yang memilih jomblo langsung disudutkan dan diolok-olok.

Padahal orang punya prioritas yang berbeda. Ada orang yang menganggap bahwa punya pasangan itu prioritas. Ada pula orang yang memprioritaskan pasangan di urutan pertama dari belakang, karena masih ada hal penting lain yang harus diperjuangkan.

Padahal kebahagiaan orang itu beda-beda. Kamu lebih bahagia jika memiliki pasangan, ya silahkan. Masih bahagia sendiri pun, tidak masalah. Justru saya bingung kalau ada yang mengasihani saya karena jomblo. Kenapa kalian harus mengasihani orang yang bisa bahagia dengan kesendiriannya? Hihi.

Padahal prinsip orang itu tidak sama. Ada orang yang prinsip hidupnya ingin berpasangan. Ada pula orang yang susah payah memegang prinsip untuk tidak berpasangan dulu. Tapi pernah terpikirkan tidak, prinsip itu bisa goyah kalau lingkungan sekitar terus-menerus mengoloknya? Lalu muncul kebimbangan, ingin bertahan dengan prinsip sendiri, atau mengikuti standar masyarakat (biar nggak diolok-olok lagi)? Sejauh ini, saya menganggap bahwa prinsip yang goyah ini sebagai ujian.

Padahal tidak semua orang kebelet punya pasangan. Kalau memang belum nemu yang cocok, ya sudah, mau bagaimana lagi? Masa harus maksain berpasangan biar tidak dikasihani. Jomblo juga punya standar sendiri keleus.

Padahal ada orang yang ingin taat pada agamanya. Memilih istiqamah jomblo sampai halal. Yakin nggak akan merasa bersalah kalau kamu meruntuhkan pertahanannya lewat olok-olok yang katanya becanda itu? Hehe. Eh, tapi zaman sekarang kalau milih jomblo dengan alasan agama, nanti diolok-olok sok alim atau sok suci.

Mungkin, sudah jadi standar (sebagian) masyarakat, kalau orang dewasa seharusnya punya pasangan. Jadi, sekalinya ada orang yang punya standar hidup berbeda, langsung dipandang aneh. Berasa aib banget.

Saya yang semula enjoy dengan kesendirian ini, terkadang muncul rasa malu kalau mengaku jomblo. Padahal apa yang harus dibikin malu, sih? Toh tidak merugikan orang juga. Justru seharusnya kamu bangga karena bisa mempertahankan prinsipmu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun