Pepatah "Banyak anak, banyak rezeki" sudah lama mengakar dalam budaya masyarakat Indonesia. Ungkapan ini sering kali menjadi pemacu semangat bagi pasangan untuk memiliki banyak keturunan. Namun, seiring perkembangan zaman, muncul pertanyaan: apakah pepatah ini masih relevan, atau hanya sekadar harapan yang romantis?
Makna Filosofis di Balik Pepatah
Pepatah ini berakar dari nilai-nilai budaya agraris masyarakat tradisional, di mana banyak anak berarti banyak tenaga kerja untuk membantu keluarga, terutama dalam bercocok tanam. Anak-anak dianggap sebagai aset keluarga yang kelak bisa membalas budi orang tua dengan memberikan dukungan finansial atau non-material.
Realita di Era Modern
Di era modern, paradigma ini sering kali dipertanyakan. Berikut adalah beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan:
1. Biaya Hidup
Dengan tingginya biaya pendidikan, kesehatan, dan kebutuhan hidup lainnya, membesarkan banyak anak menjadi tantangan besar. Banyak pasangan merasa bahwa memiliki anak lebih dari dua dapat membebani ekonomi keluarga.
2. Kualitas vs. Kuantitas
Fokus masyarakat kini lebih pada memberikan kehidupan yang berkualitas untuk anak-anak. Pendidikan yang baik, perhatian yang cukup, dan waktu bersama menjadi prioritas, yang sulit dipenuhi jika jumlah anak terlalu banyak.
3. Lingkungan dan Overpopulasi
Pandangan global terhadap pertumbuhan populasi juga memengaruhi persepsi ini. Banyak orang mulai sadar akan dampak lingkungan dari populasi yang terus bertambah.
Bukti Empiris dan Perspektif Religius
Di sisi lain, beberapa orang yang memiliki banyak anak justru merasakan "kemudahan rezeki". Perspektif religius pun mendukung pandangan ini, dengan keyakinan bahwa setiap anak membawa rezekinya masing-masing. Hal ini menciptakan motivasi spiritual bagi keluarga untuk tidak takut memiliki banyak anak.
Kesimpulan: Antara Pilihan dan Kemampuan
Pada akhirnya, keputusan untuk memiliki banyak anak adalah pilihan pribadi yang harus didasarkan pada kemampuan finansial, emosional, dan fisik. Pepatah ini mungkin tidak sepenuhnya salah, tetapi perlu diterjemahkan sesuai dengan konteks zaman dan situasi masing-masing keluarga.
Pepatah "Banyak anak, banyak rezeki" tetap bisa menjadi pengingat akan pentingnya rasa syukur, namun harus diiringi dengan tanggung jawab dan perencanaan yang matang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H