Mohon tunggu...
Dian Fitriyani
Dian Fitriyani Mohon Tunggu... Diplomat - Wakil Presiden Mahasiswa Universitas Diponegoro 2019

Mahasiswa Ilmu Pemerintahan FISIP Undip 2016

Selanjutnya

Tutup

Politik

Antara Rini dan Luhut; Negara Ini Sebenarnya Milik Siapa?

3 Juli 2019   19:15 Diperbarui: 3 Juli 2019   19:43 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

.."Orang bilang tanah kita tanah surga
Tongkat kayu dan batu jadi tanaman
Orang bilang tanah kita tanah surga
Tongkah kayu dan batu jadi tanaman"..

Begitulah sepenggal lirik lagu Kolam Susu yang sedikit banyak menggambarkan kekayaan Indonesia. Tanah yang begitu subur memberikan penghidupan untuk rakyatnya. Sampai-sampai tongkat kayu dan batu pun jadi tanaman. Negara yang sempat menyandang gelar sebagai zamrud khatulistiwa. Maka sudah seharusnya negara ini berdaya.

Namun, bagaimana kenyataanya? Mari lihat fakta-fakta yang terjadi. Total impor Indonesia sepanjang 2018 sebesar US$ 188,63 miliar atau tumbuh 20,15% jika dibandingkan dengan total impor pada 2017 yang sebesar US$ 156,99 miliar. Bahkan kebutuhan-kebutuhan pokok seperti beras, jagung, kedelai, gula pasir, gula tebu, daging sapi, daging ayam, bahkan garam kita masih impor dari negara lain. 

Lebih lanjut pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019 sampai dengan 31 Maret 2019 mencatatkan defisit Rp 101,96 triliun atau 0,63 persen terhadap PDB. Angka tersebut naik 18 persen dibanding periode yang sama pada tahun lalu, yakni Rp 85 triliun atau 0,58 persen terhadap PDB.

Dengan kekayaan alam yang begitu besar, maka harusnya Indonesia memiliki angka impor yang kecil atau hanya beberapa komoditas saja yang impor dari negara lain. Pertanyaannya kemudia adalah, kemanakah larinya kekayaan sumber daya alam Indonesia yang kaya raya ini?

Seperti yang kita ketahui bahwa sepanjang 2018 total asset BUMN saja mencapai kurang lebih Rp. 8000 Trilyun. Dengan total aset yang demikian, jelas lah bahwa Kementerian BUMN adalah kementerian dengan total aset paling besar, sekaligus menjadikan posisi puncak di kementerian ini sebagai kursi yang punya kuasa.

Rini Soemarno pun sering disebut-sebut sebagai menteri paling sakti karena dengan berbagai macam kebijakannya yang kontroversial, dia tetap aman menjadi pucuk pimpinan di Kementerian BUMN. 

Beberapa kali benturan dengan berbagai pihak seperti Menteri Koordinator Bidang (Menko) Kemaritiman 2015, Rizal Ramli, PLN, Pertamina Geothermal Energy (PGE), bahkan dengan kementerian lain, misalnya Kementerian ESDM yang saat itu dijabat oeh Soedirman Said, dan Kementerian Perhubungan yang saat itu dikomandoi oleh Ignasius Jonan justru pihak-pihak yang berbenturan kepentingan dengan Rini inilah yang mengalah atau pada akhirnya yang dicopot dari jabatannya. Konon, Rini adalah berdiri dibelakang kepentingan proyek yang nantinya akan masuk ke dalam asset negara.

Luhut apa kabar? Bisa dikatakan luhut adalah menteri segala bidang atau menteri segala urusan. Bahkan sampai ada istilah, "Ada Luhut urusan kelar" . Hingga November 2016, Luhut memiliki mayoritas saham yaitu 62% pada perusahaan batu bara Toba Bara Sejahtera, yang memiliki tambang batu bara di Kalimantan dan membangun dua pembangkit listrik bertengara batu bara di Sulawesi. Lalu dijuallah 62% saham tersebut ke Singapura bernama Highland Strategic Holdings yang disebut-sebut luhut menerima puluhan juta dollar. 

Menurut penelusuran Tempo Luhut juga tercatat berkaitan dengan penguasaan tanah lebih dari 30 ribu hektar untuk lahan tambang dan sawit. Bahkan baru-baru ini Luhut lah yang menawarkan belasan proyek infrastruktur ke China. Bisa dikatakan bahwa Luhut ini adalah seorang taipan. Belum lagi dibidang pertanian, perkebunan, dan sector-sektor lainnya.

Terlepas Rini ataupun Luhut yang seolah-olah dua orang yang menjadi bos besar pengatur segala macam asset negara, kita tak boleh menyimpulkan bahwa negara ini sedang sekarat. Fakta-fakta pertumbuhan ekonomi dan perdagangan sedikit membuat kita bernapas lega bahwa negara ini masih punya harapan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun