(karya : Dian Fitri Astutik, S.Pd SMAN Pesanggaran)
Pandemi covid 19 merupakan salah satu wabah Internasional yang berdampak besar dalam sektor pendidikan, dalam segi intelektual maupun etika terhadap pendidik maupun sesamanya. Kabupaten Banyuwangi juga ikut merasakan dampak pandemi covid 19, termasuk juga sekolah-sekolah yang ada di Kabupaten Banyuwangi.
Kabupaten Banyuwangi terdiri dari 27 kecamatan, salah satu kecamatan yang ada di Banyuwangi yaitu kecamatan Pesanggaran. Kecamatan Pesanggaran merupakan kecamatan yang ada di ujung selatan berdekatan dengan Pantai Pulau Merah. Mayoritas penduduk di kawasan pesanggaran bekerja pada sektor pertanian, perdagangan dan nelayan.
Pesanggaran lebih identik dengan penyebutan desa karena hampir mayoritas wilayahnya diapit hamparan persawahan yang luas. Meskipun lokasinya di ujung selatan dan jauh dari pusat Pemerintahan, hal tersebut tidak menyurutkan motivasi generasi muda untuk tetap mengenyam pendidikan meskipun sempat terkendala pandemi dan mengharuskan pembelajaran dalam jaringan (daring).
Pembelajaran tahun 2022 sudah mulai mengombinasikan pembelajaran tatap muka (luring). Akan tetapi, dengan konsep sekolah ramah anak diharapkan anak-anak merasa nyaman berada di sekolah dan imunitas tubuh tetap terjaga. Bagi seorang pendidik, tentunya kami dihadapkan dengan kondisi yang berubah setiap saat, harus bisa menempatkan posisi dan harus fleksibel, sesuai dengan motto SERSAN (serius tapi santai).
Dalam kegiatan pembelajaran di Sekolah Menengah Atas (SMA), banyak sekali model pembelajaran yang inovatif, yaitu model pembelajaran dengan proses menciptakan lingkungan dimana peserta didik dapat mempelajari hal baru secara teratur dan berfikir kritis untuk mempertanyakan hal baru dan menemukan ide-ide baru dari pikirannya sendiri. Pembelajaran inovatif dapat diintegrasikan dalam pembelajaran salah satunya yaitu model pembelajaran kontekstual, teknik saintifik, Problem Based Learning, PAIKEM, Problem Solving dll.
Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang ada di Sekolah Menengah Atas (SMA). Pembelajaran sejarah sering dianggap sebagai pembelajaran yang hanya mempelajari masa lalu dan cenderung dianggap membosankan, terkenal dengan ceramah dan dianggap kuno. Namun, dengan pembelajaran yang berinovasi kami ingin mengubah mindset peserta didik mengenai pembelajaran sejarah.
Tidak semua yang berasal dari masa lalu itu kuno dan tidak selamanya yang kuno itu usang. Kami ingin mengubah stigma peserta didik bahwa sejarah itu unik dan harus dipelajari. “Kalau bukan kita yang mempelajari dan melestarikan sejarah bangsa kita, lantas siapa lagi?” kalimat yang saya gunakan untuk memotivasi peserta didik agar tertarik dengan pelajaran sejarah.
“Pendidik tidak hanya sekedar mengajar”, kalimat yang sesuai dengan gelar yang disandang seorang guru, sangat telihat sekali dampak pandemi tidak hanya mengurangi pengetahuan peserta didik melainkan juga adab peserta didik terhadap yang lebih tua (pendidik). Adab atau etika sering kali diabaikan, bahkan kalimat-kalimat dari media sosial yang tidak etis disampaikan sering keluar dan dianggap hal yang lumrah dikalangan remaja. Selain memotivasi, mengajar dan menasehati sebagai pendidik kita juga dituntut pro aktif tentang informasi terkini yang beredar di media sosial agar mampu mengikuti perkembangan zaman generasi milenial saat ini.
Berdasarkan pengalaman dan pengamatan selama mengajar, ada beberapa kegiatan yang menarik perhatian dan menyimpang di lingkungan sekolah, yaitu fenomena kartu remi yang sering digunakan peserta didik disela-sela waktu luang, karena faktor inilah, sebagai seorang pendidik, kita harus bisa mengatasi masalah, mencari alternatif solusi, menemukan inovasi untuk mengatasi masalah kartu remi yang marak dikalangan remaja. Dalam kegiatan pembelajaran, saya gunakan sesuatu yang dianggap menyimpang (kartu remi) sebagai media dalam pembelajaran.
Pembelajaran sejarah yang sebelumnya konvensional kami ubah menjadi pembelajaran yang inovatif dengan permainan kartu remi dan domino yang didalamnya memuat tentang kartu soal dan jawaban dan dijadikan permainan dalam proses pembelajarannya. Tentunya dengan media kartu remi dan domino ini diharapkan pembelajaran sejarah menjadi menarik dan dapat meningkatkan minat belajar peserta didik utamanya pada mata pelajaran yang diampu (sejarah).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H