Mohon tunggu...
Dian Febrianto
Dian Febrianto Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bahaya Hoax di Sekitar Kita, Tanggung Jawab Siapa?

10 November 2017   08:43 Diperbarui: 10 November 2017   13:12 1323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Maraknya peredaran berita bohong atau hoax akhir-akhir ini semakin meresahkan pemerintah. Terlebih, jika berita tersebut dikonsumsi oleh masyarakat awam yang kerap menerima informasi secara langsung tanpa melakukan konfirmasi tentang kebenarannya terlebih dahulu. Dilansir dari situs berita CNN Indonesia (29/12/2016), hingga akhir tahun 2016 setidaknya tercatat 800.000 situs dan blog telah memproduksi berita hoax. Tak hanya melalui website, hoax juga secara cepat menyebar melalui media sosial dan aplikasi pesan instan seperti Facebook, WhatsApp dan Blacberry Messanger.

Menyadari potensi yang sangat mengkhawatirkan tersebut, Pemerintah mencoba melindungi masyarakat dengan merevisi Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Selain menjerat para pembuat hoax, undang-undang ini juga mengancam para penyebar hoax dengan hukuman pidana selama 6 tahun penjara dan denda mencapai 1 miliar rupiah.

Sikap protektif pemerintah tersebut bukanlah suatu tindakan yang berlebihan. Mengingat, penyebaran hoax dapat berdampak sangat serius bagi masyarakat. Dunia pendidikan pun tak terlepas dari isu ini. Dilansir dari laman berita Tempo.com (04/05/2017), beberapa waktu lalu media sempat dihebohkan dengan berita tawuran antarpelajar SMA yang memakan puluhan korban jiwa di Klaten. Sontak, berita tersebut membuat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy turun langsung ke lapangan guna mengetahui fakta yang sebenarnya terjadi. Nyatanya, kabar yang viral di sosial media tersebut hanya isapan jempol belaka. Disinyalir, informasi bohong tersebut disebarkan untuk memprovokasi para pelajar SMA/SMK di Klaten menjelang perayaan kelulusan sekolah.

Lain lagi cerita di daerah kami. Beberapa waktu lalu, sempat tersebar sebuah pesan broadcast melalui aplikasi WhatsApp di kalangan guru. Pesan tersebut menjelaskan bahwa dalam waktu dekat akan diadakan pengangkatan guru PNS secara besar-besaran di Kabupaten Jember. Untuk itu, kami para guru diperintahkan untuk menyiapkan berkas-berkas dokumen yang dibutuhkan. Beberapa hari kemudian, banyak guru honorer menerima telepon dari seserang yang mengaku dari Kantor Dinas Kabupaten Jember. Oknum tersebut meminta berkas yang dimaksud beserta sejumlah uang sebagai persyaratan administrasi. Untungnya, beberapa hari sebelumnya saya beserta rekan-rekan sempat menghubungi kenalan yang bertugas di Kantor Dinas Kabupaten Jember. Mereka meyakinkan kami bahwa berita tersebut adalah palsu sebab dalam waktu dekat tidak ada proses pengangkatan guru PNS.

Berkaca dari beberapa kasus tersebut, muncul sebuah pertanyaan penting yaitu bagaimana cara mengidentifikasi sebuah informasi termasuk hoax atau bukan?

Dirangkum dari laman berita Kompas.com (09/01/2017), setidaknya terdapat dua karakteristik umum sebuah berita yang patut dicurigai sebagai sebuah hoax. Pertama, berita memuat judul yang sensasional. Berita-berita sejenis ini biasanya menyajikan fakta-fakta baru yang bertentangan dengan pengetahuan yang selama ini kita pahami. Misalnya, beberapa waktu lalu sempat beredar kabar bohong mengenai bahaya imunisasi MeaslesRubella (MR). Dalam berita tersebut dinyatakan bahwa imunisasi MR dapat menyebabkan kelumpuhan hingga kematian pada balita. Informasi seperti ini patut dicurigai sebab sepanjang pengetahuan yang kita ketahui, imunisasi bertujuan untuk melindungi kesehatan seseorang bukan sebaliknya.

Kedua, berita bersifat provokatif dan cenderung menyerang pihak tertentu. Inilah jenis hoax yang sangat gencar beredar beberapa waktu belakangan ini. Terbaru, foto Presiden Jokowi sedang menikmati daging babi tersebar luas di sosial media Facebook beberapa waktu lalu. Setelah dikonfirmasi dan dimuat oleh harian Jawapos (02/11/2017), diketahui bahwasannya foto tersebut merupakan hasil manipulasi digital dari seseorang yang tidak bertanggung jawab.

Berdasarkan karakteristik tersebut, setidaknya kita dapat memahami jenis-jenis berita yang mencurigakan dan berpotensi sebagai kabar hoax. Adapun, hal yang harus kita lakukan ialah menindaklanjuti kebenaran dari informasi tersebut ialah melalui beberapa langkah sederhana seperti berikut.

  • Perhatikan sumber berita
    Jika berita bersumber dari internet, cermati terlebih dahulu alamat dari situs tersebut. Pastikan, informasi tersebut berasal dari situs berita yang kredibel dan sudah jamak diketahui umum. Biasanya, hoax disebarkan melalui portal berita abal-abal yang dibuat menggunakan platform blog gratisan seperti blogspot atau wordpress.

  • Cek berita melalui mesin pencari
    Adanya mesin pencari seperti Google dapat mempermudah kita mengecek kebenaran sebuah berita. Cukup ketikkan judul berita pada kolom pencarian maka, informasi lengkap mengenai berita tersebut dapat kita peroleh dari situs-situs yang lain. Silakan cek informasi tersebut dari situs atau sumber berita yang terpercaya.

  • Periksa keaslian foto
    Jika berita mengandung foto, maka hal tersebut lebih mudah untuk dilakukan. Kita cukup mengecek foto pada berita melalui fitur pencarian gambar yang disediakan oleh Google. Kemudian, akan ditampilkan foto-foto serupa beserta sumbernya yang dapat kita telusuri satu persatu.

  • Konfirmasi kepada pihak yang berkompeten
    Tahun lalu, Komunitas Masyarakat Anti Fitnah Indonesia telah merilis sebuah situs bernama TurnBackHoax.id. Situs ini secara berkala menerima laporan dan menampilkan berbagai berita hoax yang beredar di masyarakat. Hal ini tentunya dapat mempermudah masyarakat dalam mengkonfirmasi kebenaran berita yang mereka terima. Tak hanya website, Turn Back Hoax juga hadir dalam bentuk aplikasi mobile yang dapat diunduh di Playstore. Selain itu, kita juga dapat mengonfirmasi berita dengan bertanya langsung kepada pihak yang kita anggap paham betul tentang masalah tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun