Dames merupakan tarian tradisional yang telah populer di Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah. Tarian ini sudah ada sejak zaman penyebaran agama islam oleh para wali di tanah Jawa. Konon Dames merupakan kesenian rakyat yang bernafaskan islam yang tercermin dalam syair yang terdapat di dalamnya. Dengan berkembangnya teknologi di dalam masyarakat, mengakibatkan kesenian ini mulai memudar.
Jumlah penari tersebut mempunyai simbol arah penjuru mata angin yang berjumlah 8. Kesenian dames terdiri dari penari, pengrawit, dalang dan sinden. Ciri khas dari kesenian Dames terletak pada penggunaan kaos kaki dan kacamata yang dikenakan oleh para penari.
Salah satu desa di Kabupaten Purbalingga yang masih melestarikan kesenian Dames yakni Desa Kedungbenda, Kecamatan Kemangkon. Kesenian ini dapat dilihat di bawah Jembatan Linggamas yang menghubungkan Kabupaten Purbalingga dan Kabupaten Banyumas. Tepat di tepian sungai klawing, masyarakat setempat biasa menampilkan kesenian Dames.
Dengan berkembangnya teknologi di dalam masyarakat, mengakibatkan kesenian ini mulai memudar. Namun dalam kondisi seperti ini kesenian Dames di Desa Kedungbenda masih dapat bertahan. Hal ini dikarenakan masih adanya paguyuban kesenian Dames yang mempertahankan.
Walaupun kecintaan terhadap seni tradisional mulai menurun, namun warga Desa Kedungbenda masih giat untuk melestarikannya. Tua, muda turut menjadi bagian dari kesenian ini. Tari Dames yang merupakan tarian gembira memiliki tujuan menghibur dan sebagai konsumsi publik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H