Sesuatu yang dianggap ideal menurut diri terkadang tidak sesuai dengan apa yang terjadi di kehidupan kita. Contohnya, seorang mahasiswa yang beranggapan bahwa ia adalah seorang yang pintar, orang pintar layak mendapatkan IP (indeks prestasi) yang baik. Akan tetapi, dalam kenyataannya ia mendapat IP yang dapat dikatakan di bawah rata-rata. Sehingga mahasiswa ini menganggap hal ini sebagai permasalahan yang mengganggu pikiran dan kegiatannya sehari-hari. Hal ini disebabkan karena pandangan idealnya tentang seorang yang pintar tidak sesuai dengan kenyataan yang ia hadapi.
Jika mahasiswa tidak bisa melakukan problem solving (pemecahan masalah) atau pengalihan perhatian terhadap masalah ini maka ia akan menjadi stress. Hal ini dapat diperkuat apabila ia mengalami beberapa gejala, yaitu gejala fisiologis, psikologis dan perilaku. Gejala fisiologis meliputi perubahan metabolism tubuh seperti meningkatnya laju detak jantung dan penafasan, sakit kepala dan meningkatnya tekanan darah. Gejala psikologis muncul dalam bentuk kecemasa, suka menunda-nunda,kebosanan dan mudah marah. Sedangkan gejala perilaku, ditunjukkan dari perubahan pada produktivitas, absensi, pola makan dan kegelisahan.
Beberapa gejala tersebut menimbulkan dampak negative terhadap individu. Akan tetapi, stress juga bisa bersifat positif. Stress yang positif jika dapat mendorong seseorang mengerjakan tugasnya dalam waktu yang tebatas. Contohnya, seorang mahasiswa yang lupa mengerjakan tugas, ia lantas mengerjakan tugas dengan SKS (sistem kebut semalam). Dengan kecemasan dan rasa takut yang timbul, mahasiswa dengan segala kemampuannya mengerjakan tugas dengan cepat walaupun harus begadang.
Jika kita lihat di sekitar kita, maka yang paling sering kia jumpai adalah stress yang negative seperti stress yang dialami mahasiswa semester akhir yang kesulitan menyelesaikan skripsinya, mahasiswa baru yang kesulitan beradaptasi dengan lingkungan kampus dan gaya belajar di universitas serta orang-orang yang putus dengan pacarnya. Beberapa hal tersebut dapat menyebabkan gangguan pola hidup bahkan menimbulkan keinginan untuk bunuh diri.
Apabila stesyang negative terjadi maka harus dilakukan tindak lanjut untuk menetralisir stress yang terjadi. Hal inidisebut coping. Coping dilakukan untuk menanggulangi tekanan atau ancaman yang terjadi pada individu. Cara coping yang dapat dilakukan seperti terapi musik dan berpikir positif.
Banyak penelitian tentang penggunaan musik dalam menurunkan stress. Salah satu penelitian yang mengeksplorasi hal ini adalah studi meta analisis yang dilakukan oleh Mahargyantari P. Dewi pada tahun 2009. Penelitiannya menjelaskan bahwa banyak sekali hasil riset yang menunjukkan pengaruh positif musik untuk menurunkan stress.dalam penelitian ini disebutkan beberapa manfaat musik, diantaranya: musik menutupi bunyi dan perasaan yang tidak menyenangkan, musik dapat memperlambat dan menyeimbangkan gelombang otak, musik mempengaruhi pernapasan, musik mempengaruhi denyut jantung, denyut nadi dan tekanan darah, musik dapat memperkuat ingatan dan pelajaran, musik dapat meningkatkan produktivitas.
Selain dengan menggunakan musik. Berpikir positif juga dapat mengurangi stress. Penelitian yang menggunakan pelatihan berpikir positif menunjukkan bahwa hal ini sangat efektif untuk menurunkan stress pada mahasiswa (Kholidah dan Alsa, 2012). penelitian ini juga diperkuat oleh penelitian sebelumnya yang mengungkapkan bahwa berpikir positif berperan dalam penerimaan induvidu pada situasi yang dialaminya dengan positif.
Dapat disimpulkan bahwa stress timbul karena sesuatu yang dianggap ideal bagi seseorang tidak sesuai dengan kenyataan yang dihadapinya. Sehingga terjadi ketidak seimbangan pada fisiologis, psikologis dan perilaku seseorang. Stress dapat bersifat positif maupun negative. Jika stress bersifat negative maka harus dilakukan coping, diantaranya dengan musik dan berpikir positif.
Referensi:
Dewi, P. M. (2009). Studi Metaanalisis: Musik Untuk Menurunkan Stres. Jurnal Psikologi, 2, 106-115.
Kholidah, E. N., Alsa, A. (2012). Berpikir Positif untuk Menurunkan Stres Psikologis. Jurnal Psikologi, 67-75.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H