Mohon tunggu...
Dian Fakhrunnisak
Dian Fakhrunnisak Mohon Tunggu... -

Aneuk Ranto

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Penularan Bunuh Diri Melalui Media

5 November 2014   15:33 Diperbarui: 4 April 2017   17:33 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Bunuh diri merupakan hal yang tidak asing bagi kita. Bunuh diri diyakini sebagai jalan keluar dari masalah-masalah yang sulih dan tidak sanggup dihadapi. Stress dan depresi merupakan faktor yang berpengaruh pada terjadinya bunuh diri. menurut sebuh penelitian di Amerika tentang pengaruh media terhadap bunuh diri menunjukkan bahwa media memberikan andil dalam meningkatnya kasus bunuh diri.

Dalam penelitian tersebut, bunuh diri merupakan suatu tindakan yang menular. Hal ini disebabkan media sebagai perantaranya. Baik media cetak ataupun televisi sama-sama memberikan dampak pada peningkatan kasus bunuh diri. Surat kabar sering kali menjadikan berita tantang bunuh diri menjadi berita utama dan dapat diakses dengan mudah oleh siapa saja. Penularan melalui fiksi dapat dilihat dari cerita-cerita tentang bununh diri yang digambarkan sebagai adegan yang menunjukkan romantisasi dalam cerita.

Berita disurat kabar biasanya memberikan judul yang sangat jelas tentang bunuh diri sehingga membuat khalayak mudah membaca dan memahaminya. Remaja sebagai individu yang masih labil dengan mudah memasukkan informasi tentang bunuh diri yang dinilai sebagai jalan keluar untuk permasalahan serius yang menurut mereka tidak sanggup dihadapi, misalnya permasalahan dengan teman, nilai yang menurun dan di tingkat selanjutnya pada dewasa muda adalah urusan skripsi yang dinilai menyulitkan.

Film, merupakan fiksi yang paling mudah dipahami karena kita hanya perlu duduk didepan layar untuk menyaksikannya tampa berusaha membaca dan memahami. Adegan atau peristiwa dramatis yang paling disukai remaja dan dewasa muda adalah adegan romantis. Adengan ini menggambarkan pengungkapan cinta kepada sang kekasih. Tak jarang, adengan ini diwujudkan dalam perilaku bunuh diri untuk membuktikan cinta atau berkorban untuk orang yang disayangi. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika remaja dan dewasa muda menjadikan bunuh diri sebagai pembuktian cinta atau pengorbanannnya karena mengikiti adegan di dalam film.

Hal seperti ini dapat terjadi karena individu menurut teori belajar kognitif, sering kali belajar secara observasional dan melakukan permodelan melalui role model yang menurutnya tepat dengan dirinya. Role model adalahindividu yang menjadi contoh bagiorang yang melakukan meodelling. Dari sisi perkembangan, remaja merupakan individu labih yang masih melalui masa pencarian identitas dirinya. Stanley Hall mengatakan remaja merupakan masa topan dan badai (goncangan) sehingga rentan terhadap stress.

Penularan bunuh diri melalui media, dalam penelitian (yang telah disebutkan) dibuktikan dengan pemberitaan surat kabar tentang berita bunuh diri secara spesifik menunjukkan peningkatan angka bunuh diri yang tinggi selama dua bulan pasca berita tersebut dipublikasikan. Kasus bunuh diri tersebut memiliki subjek yang mayoritasnya dalam rentang umur yang sama dengan pelaku bunuh diri dalam pemberitaan tersebut.

Oleh sebab itu, dalam penelitian tersebut disarankan pada media agar tidak mengekspos berita bunuh diri seca berlebih-lebihan atau terlalu menonjol. Alternatif lain, media diharapkan mempublikasi berita dengan menonjolkan dampak negatif yang ditimbulkan bunuh diri bukan menunjukkan sebab-sebaa daramatis, romantic, heroik dan jalan menyelesaaikan masalah.

NB: artikel ini adalah hassil review jurnal

Gould, M., Romer. P. J. D. (2003). Media Contagion and Suicide Among the Young, American Behavioral Scientist, 9, 1269-1284.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun