Mohon tunggu...
Dian Fakhrunnisak
Dian Fakhrunnisak Mohon Tunggu... -

Aneuk Ranto

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Fobia

8 Oktober 2014   07:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:56 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Fobia merupakan istilah yang sudah tidak asing lagi bagi kita. Fobia dapat dialami oleh orang dengan berbagai usia dan latar belakang. Fobia terjadi melalui pengalaman pribadi atau pengalaman melihat orang lain yang menimbulkan gangguan kecemasan.

Fobia adalah rasa takut dan cemas berlebihan yang tidak sebanding dengan ancaman dari objek. Sering kali kita melihat orang-orang yang mengalami fobia, berperilaku tidak sesuai atau berlebih-lebihan ketika melihat atau dekat dengan objek yang ditakuti. Kadang kala, benda yang ditakuti sangat kecil bahkan tidak bergerak.

Dalam konsep behaviorisme, fobia dapat terjadi disebabkan pengalaman masa lalu dengan objek. Contohnya, seorang anak SD yang takut dengan anjing. Hal ini disebabkan oleh pengalamannya pernah dikejar-kejar oleh anjing, digigit anjing ataupun ia pernah melihat temannya dikejar atau digigit anjing.

Hal ini dapat berdampak negatif bagi aktofitas sehari-hari. Contohnya, ketika si anak melihhat anjing di perjalanan ke sekolah, maka bisa saja si anak akan bolos sekolah karena ketakutannya terhadap anjing. Hal ini akan lebih buruk apabila tidak ditangani sejak dini karena bisa saja menghambat kesuksesannya di masa depan.

Fobia ini dapat dikenali dengan beberapa criteria. Pertama, ketakutan yang berlebihan, tidak beralasan dan menetap yang dipicu oleh objek atau situasi. Kedua, keterpaparan dengan pemicu menyebabkan kecemasan interns. Ketiga, orang tersebut menyadari bahwa ketakutannya tidak realistis. Keempat, objek atau situasi tersebut dihindari atau dihadapi dengan kecemasan intens.

Cara terapi yang sering dilakukan adalah terapi behavior. Terapi ini dilakukan dengan bertahap-tahap. Contohnya pada anak dengan fobia anjing, awalnya ia diajak pergi ke taman bersama terapis, ditaman tersebut ada seekor ajnjing yang bermain dengan pemilikinya. Untuk tahap pertama ia hanya diarahkan untuk melihat dari kejauhan saja. Kemudian dihari kedua ia diajak untuk lebih dekat dengan anjing itu. Sampai beberapa hari ia dapat memegang bahkan bermain dengan anjing itu seorang diri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun