Kondisi fisik yang sempurna merupakan idaman sebagian besar wanita terutama remaja putri. Hal ini menyebabkan mereka betah berlama-lama di depan kaca hanya untuk menilai kondisi fisiknya yang tidak sempurna. Kondisi ini dapat menyebabkan gangguan psikologis bagi pelaku yang sering menunjukkan ketidak puasannya pada kondisi tubuhnya.
Kondisi ini disebut dengan gangguan dismororfik tubuh. Cirri-cirinya dalah seseorang dapat meyakini bhawa orang lain kurang memikiran dirinya karena kerusakan yang dipikirkan dan orang tersebutt dapat terliahat dalam perilaku komplusif, seperti berdandan yang berlebihan dengan tujuan untuk memperbaiki kerusakan yang dipersepsinya.
Kalau kita amati dan fahami lebih dalam sebenarnya orang dalam kondisi seperti ini merupakan hasil dari persepsinya yang sukar untuk menerima diri. Contoh, ketika hari perpisahan sekolah seorang remaja putrid tidak ingin ikut berfoto. Ia menganggap bahwa wajahnya khususnyahidungnya tidak pantas difoto dan akan menimbulkan anggapan orang bahwa ia adalah orang jelek.
Seorang yang mengalami gangguan ini merasa orang lain mengaggap diri mmereka buruk dan negatif dengan kekurangan yang ada pada dirinya. Sehingga mereka terus memikirkan dan mengoreksi kekurangan tubuhnya sehingga tak jarang mereka menghabiskan banyak waktu di depan cermin.
Oeang dengan ganggan dismorfik tubuh, dapat melakukan hal hal ekstrim demi memperbaiki kerusakan yang ia klaim pada tubuhnya. Mereka rela melakukan operasi plastik yang sangat ekstrim sekali pun demi megubah apa yang mereka anggap buruk. Akan tetapi, kita akan sulit mengenali orang yang memiliki gangguan ini karena mereka sering encoba untuk merahasiakan gejala-gejala yang terjadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H