PKM-Pengabdian Masyarakat (PM) dari Fakultas Psikologi Universitas Airlangga (UNAIR) berhasil meraih pendanaan dengan mengusung nilai-nilai moral budaya Sunan Ampel yang mulai terkikis oleh perkembangan zaman. Tim ini terdiri dari lima mahasiswa: Fadiani Risqita Mamang sebagai ketua, Maria Vanessa Ferdianto, Mardhatillah Syahrani Fauziah, Virgiata Adzani Susanto, dan Deva Sheika Rahita. Program pengabdian masyarakat ini dibimbing oleh Herdina Indrijati, M.Psi., Psikolog, yang berperan sebagai dosen pembimbing tim.
Surabaya, 2024 -- TimDalam menjalankan program ini, tim bekerja sama dengan Sanggar Alang-Alang, sebuah lembaga non-profit yang menyediakan pendidikan alternatif non-formal bagi anak jalanan yang sudah berdiri di kecamatan Wonokromo sejak tahun 1999. Mendengar banyaknya berita di media massa yang banyak menyampaikan perilaku menyimpang secara khusus yang dilakukan oleh anak-anak di Surabaya seperti tawuran, balapan liar, dan konsumsi minuman beralkohol, membuat pihak mitra menjadi sangat khawatir mengingat bahwa lokasi mitra sangat berdekatan dengan kawasan "zona merah" Surabaya yang sangat tidak ramah anak.Â
Selain itu, pengurus sanggar juga turut menyampaikan kekhawatirannya bahwa tidak jarang anak-anak di sanggar menyaksikan penyimpangan moral secara langsung seperti transaksi narkotika dan prostitusi. Bahkan, salah satu rumah anggota sanggar berada di lantai bawah bangunan yang digunakan untuk transaksi prostitusi. Kekhawatiran mitra meningkat karena mitra menyadari keterbatasan waktu, tenaga, dan sumber daya yang dimilikinya. Namun, jika dibiarkan tanpa edukasi yang tepat melalui metode yang mudah diterima, anak-anak ini mungkin akan meniru perilaku tersebut dan menganggap kenakalan remaja sebagai sesuatu yang normal. Padahal, dampaknya bisa sangat besar dan berpengaruh terhadap masa depan mereka.
Tim PKM-PM Moh Limo, Â menyadari bahwa diperlukan metode yang tepat dan mudah diterima untuk melakukan intervensi kepada remaja. Setelah berdiskusi dengan mitra, kami sama-sama menemukan bahwa pendekatan kultural dapat menjadi salah satu metode efektif untuk mengatasi kenakalan remaja di Surabaya.Â
Kota Surabaya sendiri memiliki nilai-nilai kultural yang kuat, salah satunya adalah ajaran Sunan Ampel, yaitu ajaran "Moh Limo." Ajaran ini merupakan strategi dakwah kultural dan filosofi Islam yang mampu membangun landasan keagamaan dan moralitas yang kuat dalam masyarakat, termasuk di kalangan remaja. Oleh karena itu, pendekatan ini dinilai mampu membantu menanggulangi perilaku kenakalan remaja atau juvenile delinquency.
Dengan demikian, tim PKM-PM Moh Limo, meluncurkan program "Moh Limo Adventure" sebagai inovasi dalam pengabdian masyarakat. Program ini berjudul "Penguatan Self Control dan Moral Awareness, Berbasis Nilai Kultural 'Moh Limo', sebagai Upaya Penanggulangan Juvenile Delinquency Anak Jalanan di Surabaya." Program ini juga turut serta mendukung tujuan ke-4 dari Sustainable Development Goals (SDGs), yaitu pendidikan berkualitas.Â
Melalui program ini, tim PKM-PM Moh Limo berharap dapat memberikan kontribusi nyata dalam mengatasi masalah kenakalan remaja di Surabaya dengan pendekatan kultural yang tepat, sehingga anak-anak jalanan dapat memiliki masa depan yang lebih baik dan menjauh dari pengaruh negatif lingkungan sekitar mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H