Setiap negara membutuhkan pemimpin yang cakap. Nah, tugas utama seorang pemimpin adalah menjadi figur yang mewakili timnya, tetapi di sini, fokusnya lebih pada mewakili tim atau bisa disebut sebagai presiden rakyat.
Joko Widodo, yang menjabat sebagai Presiden Indonesia ke-7 dari tahun 2014 hingga 2024 dan sering disapa dengan nama Jokowi, berhasil memimpin selama dua periode. Popularitasnya sebagai pemimpin terkemuka mulai terbentuk saat ia menjabat sebagai walikota Solo, kemudian menjadi gubernur DKI Jakarta, dan akhirnya meraih posisi presiden. Terkenal dengan gaya kepemimpinan yang akrab dengan rakyat, Jokowi sering melakukan "blusukan" dengan mengunjungi tempat-tempat tertentu. Banyak masyarakat mengapresiasi gaya kepemimpinan beliau yang dianggap sangat merakyat dan sederhana.Top of Form
Jokowi dikenal dengan keunikan kepemimpinannya yang mampu menarik perhatian dan simpati masyarakat, salah satunya adalah melalui komunikasi langsung dengan warganya. Dikutip dari artikel berita DetikNews, pendekatan khas Jokowi untuk mempererat hubungan dengan rakyatnya adalah dengan melakukan blusukan dan berdialog secara langsung—tanpa pemberitahuan sebelumnya bahwa seorang pemimpin akan mengunjungi wilayah tertentu (Kerjo, 2019).
Sejak Jokowi memimpin sebagai walikota Solo, ia dikenal dengan berbagai julukan, salah satunya adalah "The Street Democracy" (Hasits, 2013). Julukan tersebut muncul karena Jokowi sering menghabiskan waktunya untuk berinteraksi dengan masyarakat di jalanan melalui kegiatan blusukan-nya. Dalam blusukan tersebut, Jokowi berkeliling untuk bertemu dengan warga, mendengarkan harapan-harapan mereka untuk masa depan. Contohnya, saat Jokowi melakukan blusukan ke Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Ia ramah menyapa warga, berbincang sebentar, dan saling bersalaman dengan antusiasme dari rakyat yang senang melihat kedatangan orang nomor satu di Indonesia pada saat itu (Firmansyah, 2019).
Dikutip dari artikel Kompas.com, Jokowi tampil santai di area pasar yang becek dan penuh sampah. Di pasar, Jokowi juga terlihat memeriksa harga beberapa komoditas. Ia berhenti di lapak buah-buahan, sayur-sayuran, ikan, dan daging. Tak hanya itu, Jokowi juga berbelanja beberapa barang di pasar (Kuwando, 2019).
Gaya kepemimpinan Presiden Jokowi dapat diidentifikasi melalui tiga gaya kepemimpinan. Pertama, kepemimpinan partisipatif, di mana beliau selalu turut serta dan terlibat bersama anggota dalam pengambilan keputusan atau pelaksanaan kegiatan, seperti dalam praktik blusukan yang sering dilakukannya. Kedua, kepemimpinan kharismatik, di mana kemampuan Jokowi untuk menyelesaikan masalah menarik perhatian orang lain. Dan yang ketiga, kepemimpinan transformasional, yang mengukur sejauh mana hubungan antara anggota dan pemimpinnya berkembang.
Selama memimpin, Presiden Jokowi berhasil mengubah paradigma pembangunan di Indonesia dengan meratakan infrastruktur tidak hanya di pulau Jawa, melainkan juga di daerah-daerah lain. Keberhasilannya bukan hanya terletak pada pembangunan fisik, tetapi juga pada citranya sebagai pemimpin yang akrab dengan rakyat. Selain itu, Jokowi mengimplementasikan program-program sosial seperti Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), memberikan dukungan yang signifikan bagi warga negara.
Setiap pemimpin pasti mempunyai ciri khas masing-masing dalam kepemimpinannya. Meskipun memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda, hasil kerja yang dihasilkannya juga beragam. Meski terdapat kelemahan selama masa kepemimpinan, keberhasilan dan keunggulan yang dicapainya mencerminkan dedikasi dan usaha keras seorang pemimpin negara. Gaya kepemimpinan seorang presiden memiliki dampak yang signifikan pada perkembangan negara dan masyarakat Indonesia secara keseluruhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H