Mahasiswa merupakan individu yang sedang berjuang menuntut ilmu di perguruan tinggi selama kurun waktu tertentu dan faktor penentu kelulusan mahasiswa di perguruan tinggi adalah dengan penyelesaian penyusunan skripsi yang di dalamnya akan dilakukan sebuah research atau penelitian (Rita, 2011). Menjadi mahasiswa adalah impian dari semua orang, karena mereka menganggap menjadi mahasiswa adalah sesuatu yang menyenangkan. Kehidupan mahasiswa sering dianggap sebagai perubahan, karier, kebebasan dan juga pergaulan. Sebagian orang memilih menjadi mahasiswa dengan alasan mereka ingin melanjutkan ilmu yang telah mereka tempuh sebelumnya, dengan tujuan mereka bisa mendapatkan pekerjaan sesuai dengan bidang mereka dan membagikan ilmu yang telah didapat kepada masyarakat. Namun pada kenyataannya, kehidupan kuliah sangat berbeda dengan masa SMA hanya saja ketika menjadi mahasiswa kita lebih memiliki kebebasan karena jadwal kuliah bisa berubah sewaktu-waktu. Oleh karena itu, diperlukannya adaptasi bagi mahasiswa baru. Karena akhir-akhir ini, banyak berita beredar mengenai mahasiswa yang mengalami stres. Penyebabnya bisa karena adanya tugas yang menumpuk, adanya masalah atau tekanan baik dengan keluarga atau yang lainnya, adanya manajemen diri yang keliru, dan kurangnya motivasi yang diberikan kepada pihak yang bersangkutan.
Menurut Guardian Of Value, sudah di kan sebagai pelajar tingkat tinggi memiliki peran sebagai penjaga nilai-nilai masyarakat yang kebenarannya mutlak, yaitu menjunjung tinggi kejujuran, keadilan, gotong royong, integritas, empati dan sifat yang dibutuhkan dalam kehidupan dalam masyarakat lainnya. Selain itu juga, dituntut pula untuk mampu berpikir secara ilmiah tentang nilai-nilai yang mereka jaga. Bukan hanya itu saja, sebagai pembawa, penyampai, dan penyebar nilai-nilai serta ilmu-ilmu yang telah dipelajari. Mahasiswa juga sebagai penggerak yang mengajak seluruh masyarakat untuk dapat bergerak dalam melakukan perubahan ke arah yang lebih baik lagi, dengan pertimbangan berbagai ilmu, gagasan, serta pengetahuan yang mereka miliki. Sehingga bukan waktunya lagi sebagai mahasiswa hanya diam dan juga tidak peduli dengan permasalahan bangsa dan juga negaranya, karena di pundak merekalah (mahasiswa) titik kebangkitan dan penerus perjuangan suatu negara atau bangsa diletakkan (Agent Of Change). Sehingga, dapat diambil kesimpulan bahwa mahasiswa bisa di kan sebagai suatu generasi yang menjadi penerus perjuangan bangsa yang menjadi penggerak dan penjaga nilai-nilai kebenaran, mulai dari kejujuran, keadilan, gotong royong, integritas, empati dan sifat yang dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat.
Dalam perkuliahan, seorang mahasiswa pasti pernah mengalami stres, baik dalam melakukan tuntutan tugas ataupun permasalahan yang lain. Ditambah lagi dengan kurikulum merdeka ini, mahasiswa dituntut bisa lebih aktif daripada dosen. Dalam artian, mahasiswa dituntut bisa mencari materi, memahami materi dan mempresentasikannya serta apabila ada hal yang belum mereka mengerti baru ditanyakan. Kebanyakan dari mahasiswa merasa terbebani oleh tugas-tugas yang ada, sehingga merasa tugas yang diberikan sebagai suatu hal yang sulit. Akibatnya, merasa kesulitan tersebut akan berkembang menjadi perasaan yang negatif yang akhirnya menimbulkan ketegangan, kekhawatiran, kecemasan, stres, frustasi dan kehilangan motivasi yang mengakibatkan penundaan dalam mengerjakan tugas.
Menurut Weiner (1990), pengertian motivasi adalah kondisi internal yang membangkitkan kita untuk bertindak, mendorong kita mencapai tujuan tertentu, dan membuat kita tetap tertarik dalam kegiatan tertentu. Motivasi bisa menjadi faktor yang membantu mahasiswa mengelola stres dan meningkatkan kemampuannya dalam menghadapi berbagai tantangan akademik. Berikut beberapa cara motivasi mempengaruhi stres mahasiswa:
- Motivasi intrinsik:
- Meningkatkan fokus dan tujuan: Ketika mahasiswa memiliki tujuan yang jelas dan termotivasi secara intrinsik untuk belajar, mereka cenderung lebih fokus pada tugas mereka dan lebih mudah mengelola stres.
- Meningkatkan ketekunan: Motivasi intrinsik dapat membantu mahasiswa untuk lebih tekun dalam menghadapi kesulitan dan hambatan, sehingga mereka lebih mudah bangkit dari kegagalan dan tidak mudah menyerah.
- Meningkatkan rasa percaya diri: Ketika mahasiswa berhasil mencapai tujuan mereka, rasa percaya diri mereka akan meningkat. Hal ini dapat membantu mereka dalam menghadapi situasi yang penuh tekanan dan stres.
- Motivasi ekstrinsik:
- Meningkatkan penghargaan: Motivasi ekstrinsik, seperti penghargaan atau nilai yang tinggi, dapat memberikan dorongan bagi mahasiswa untuk belajar dan menyelesaikan tugas mereka. Hal ini dapat membantu mereka untuk lebih terorganisir dan menyelesaikan tugas tepat waktu, sehingga mengurangi stres.
- Meningkatkan tekanan: Di sisi lain, motivasi ekstrinsik yang berlebihan dapat menjadi sumber stres bagi mahasiswa. Hal ini dapat terjadi ketika mereka merasa tertekan untuk mencapai standar yang tinggi atau ketika mereka merasa bahwa nilai mereka adalah satu-satunya hal yang penting.
Oleh karena itu, adanya motivasi pada mahasiswa sangat berpengaruh terhadap kondisi dan keadaan mahasiswa. Akhir-akhir ini, banyak berita yang mengungkapkan tentang mahasiswa yang mengalami stres akibat tugas ataupun tuntutan lainnya. Stres merupakan suatu reaksi seseorang baik secara fisik maupun emosional (mental/psikis) apabila ada perubahan dari lingkungan yang mengharuskan seseorang menyesuaikan diri.
Pengertian stres menurut ahli (Looker & Gregson, 2005), stres merupakan suatu keadaan yang dialami oleh manusia ketika ada sebuah ketidaksesuaian antara tuntutan-tuntutan yang diterima dan kemampuan untuk mengatasinya. Helmi (dalam Safaria dan Saputra, 2009) menyatakan stres muncul ketika tekanan yang dihadapi melebihi batas optimum dari masing-masing individu. Beberapa faktor yang menyebabkan stres pada mahasiswa, sebagai berikut:
- Manajemen Waktu yang Buruk : Mahasiswa sering kali masih belajar cara mengatur waktu dengan baik, dan ini dapat menyebabkan tugas menumpuk. Kebiasaan buruk ini meningkatkan stres mahasiswa.
- Tugas yang Menumpuk : Beban tugas yang tinggi dengan tenggat waktu yang ketat sering kali menguras energi dan waktu mahasiswa, meningkatkan tingkat stres.
- Masalah Keuangan : Masalah keuangan seperti biaya pendidikan yang mahal dan utang pendidikan dapat memberikan tekanan tambahan, memengaruhi kesejahteraan finansial dan emosional mahasiswa.
- Hubungan Percintaan : Konflik dalam hubungan percintaan dapat mengganggu fokus dan kesejahteraan emosional, meningkatkan stres.
- Masalah Keluarga : Masalah keluarga seperti konflik dengan orang tua atau tanggung jawab keluarga lainnya dapat menjadi sumber stres.
- Ekspektasi yang Tinggi : Mahasiswa sering merasa tertekan oleh ekspektasi mereka sendiri, harapan orang tua, dan ekspektasi masyarakat.
Dilansir dari detikjabar, Pasien gangguan jiwa di Kota Bandung mencapai 37.497 orang pada 2021. Mahasiswa dinilai salah satu kelompok rentan yang mengalami masalah kejiwaan, seperti stres dan depresi.
Ahli kesehatan jiwa RSIA Limijati Elvine Gunawan mengatakan masa transisi usia anak-anak, remaja hingga dewasa yang memiliki sejumlah tanggung jawab. "Jadi, sangat (rentan). Isunya banyak. Soal masalah keluarganya karena sering kali dituntut juga tanggung jawab sebagai orang dewasa, dan tugas hingga tuntutan akademik," Elvine kepada detikJabar, Rabu (7/9/2022)
Berita lain dilansir dari detikedu, Penelitian Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI) mendapati mahasiswa memiliki kecenderungan emosi negatif yang tinggi. Kecenderungan tersebut membuat mahasiswa rentan terhadap kecemasan, depresi, dan rasa stres yang dapat mengganggu kesehatan mental.
"Hal ini mencerminkan mahasiswa rentan terhadap kecemasan, depresi, dan rasa stres yang dapat mengganggu kesehatan mentalnya," Dosen Fakultas Psikologi UI Dr. Dyah T. Indirasari, M.A., Psikolog dalam webinar seperti dilansir dari laman resmi UI, Sabtu (17/7/2021).
Dilansir dari Kompas.com. Jika seseorang ingin menuangkan stres, dia memerlukan support sistem seperti keluarga, teman, dosen, terapis, atau dokter. "Karena kita sejatinya makhluk sosial sehingga perlu berinteraksi dan berkomunikasi," terang Febriani Sabatini.