Mohon tunggu...
dian equanti
dian equanti Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar Geografi

Menggemari isu Lingkungan, dan Kependudukan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jembatan Kapuas Tayan dan Potensi Wisata Alternatif

23 Januari 2016   16:52 Diperbarui: 23 Februari 2016   09:50 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hal-hal yang baru biasanya mengundang keingintahuan orang. Dengan masifnya penggunaan media sosial, tren dapat diciptakan. Dengan caption yang menarik, unggahan foto dapat menjadi viral di dunia maya. Dan rupanya hasil pembangunan fisik dapat menjadi daya tarik rasa penasaran masyarakat Indonesia. Khususnya yang sudah lama mendambakan sarana infrastruktur yang baik di wilayahnya.

Kesenjangan pembangunan kerap menjadi materi yang diangkat oleh Abdur, seorang komik alumi ajang stand up comedy Kompas TV (Suci 4) asal Nusa Tenggara Timur. Dalam sindiran di malam final Suci 4 setahun lalu ia mengatakan, “Orang Jakarta wisata ke pantai, sedangkan orang Indonesia Timur piknik ke jalan yang baru saja dibangun”. Dan efek “wow” yang dirasakan seseorang bisa menular ke orang lain. Gumun (bahasa Jawa) alias heran menyebar dengan cepat melalui lini massa.

Kini, giliran kami yang tinggal di Kalimantan Barat menjadi masyarakat yang heran. Berlomba berkunjung ke jembatan yang baru saja dibangun. Menghubungkan tiga desa di Kecamatan Tayan Hilir yaitu Desa Kawat, Desa Pulau dan Desa Pedalaman, jembatan sepanjang 1440 meter dengan lebar 11 meter ini akan menjadi yang terpanjang di Indonesia setelah Jembatan Martadipura di Kutai Kertanegara dengan bentang 15,3 km dan Jembatan Suramadu 5,4 km.

Bukan tanpa alasan Jembatan Tayan dapat dijadikan lokasi obyek wisata alternatif yang menarik. Berwarna merah putih, segar sekaligus melambangkan nasionalisme, desain melengkung di bagian tengah membuat jembatan terkesan megah. Bisa jadi ini jembatan terindah yang pernah kami saksikan di Kalimantan Barat. Para pengunjung bisa memilih beberapa spot menarik untuk berfoto.  Menghadap selatan dengan latarbelakang panorama perbukitan, ke utara dengan bukit sisa pertambangan bauksit. Dari bawah sambil menyusur sungai dengan sampan. Lewat sungai kita bisa menyaksikan kehidupan masyarakat di Pulau Tayan. Pulau Tayan kemungkinan terbentuk dari proses erosi sungai. Sungai Tayan yang mengalir ke arah selatan,sedang Sungai Kapuas terus menggempur dari arah timur ke barat sehingga bagian daratan terpisah membentuk semacam pulau. Jika telah beroperasi, jembatan ini diharapkan dapat meningkatkan akses masyarakat dari Kabupaten Sanggau di Kalimantan Barat melintasi trans Kalimantan Barat di bagian selatan menuju Kalimantan Tengah. Bahkan menarik untuk mengambil foto dari atas bukit di sekitar lokasi jembatan. Tak hanya di siang hari, keindahan jembatan justru semakin cantik di malam hari saat berhias dengan lampu penerang.

[caption caption="Berfoto di Jembatan Kapuas Tayan. Sayangnya gerbang ditutup demi keselamatan pengunjung."][/caption]

[caption caption="Jembatan Tayan di malam hari"]

[/caption]

Kunjungan wisatawan lokal yang cukup ramai mendorong sejumlah aktivitas ekonomi seperti pedagang kaki lima, penyewaan perahu untuk menyusuri sungai. Belum tampak penataan wisata dengan sistem yang baik. Penjual makanan dan tempat parkir masih insidentil sifatnya.

Keberadaan pembangunan Jembatan Kapuas Tayan masih terlalu dini untuk dinilai dampaknya secara signifikan bagi masyarakat. Saat ini berkurangnya pendapatan penyedia jasa penyeberangan sudah mulai dirasakan. Sementara euforia “jembatan baru” masih berpotensi mengundang pengunjung dari kota-kota lain datang. Jumlah turis lokal ini bisa jauh menurun dalam 1-2 tahun mendatang jika yang obyek yang ditawarkan hanya jembatan semata.

Oleh karena itu jika pemerintah daerah benar-benar berminat menggali peluang wisata, sinergi potensi wisata budaya Keraton Tayan yang berada di dekat lokasi, kesiapan masyarakat menjadi penerima tamu dan penyedia jasa kepariwisataan perlu ditingkatkan. Termasuk mengundang sektor swasta berperan peningkatan sarana akomodasi pendukung. Konsep wisata transit persinggahan lintas provinsi bisa menjadi pertimbangan. Kajian ini yang akan menjadi tema Kuliah Kerja Lapangan Mahasiswa Program Studi Geografi IKIP PGRI Pontianak di semester ini. Sambil menghibur diri bisa ber-selfie di lokasi yang kekinian, diharapkan mereka belajar mengamati fenomena dampak pembangunan secara sosial. Sekaligus peka terhadap dinamika wilayahnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun