Mohon tunggu...
dian equanti
dian equanti Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar Geografi

Menggemari isu Lingkungan, dan Kependudukan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

"Super Blue Blood Moon" Ternyata Tidak Biru, Merah Meski Tak Berdarah dan Bukan Siklus 150 Tahun

31 Januari 2018   20:29 Diperbarui: 1 Februari 2018   07:13 1063
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertama kali berkunjung ke LAPAN Pontianak kali ini, saya menyaksikan antusias warga melihat gerhana bulan. Gerhana bulan yang terjadi tanggal 31 Januari 2018 ini termasuk istimewa, karena bersamaan dengan terjadinya Supermoon alias purnama. 

Menurut penjelasan pihak LAPAN, Supermoon terjadi 2 kali dalam bulan Januari ini. Peristiwa Supermoon yang terjadi dua kali dalam bulan yang sama dinamakan Super Blue Moon. Sedangkan Blood Moon menunjukkan warna bulan yang tampak merah, akibat pembiasan sebagian sinar matahari yang diterima bulan oleh Atmosfer bumi. Menurut perkiraan gerhana Super Blue Blood Moon di wilayah Pontianak terjadi pada pukul 19.51 WIB dan puncaknya akan terjadi pukul 20.30 WIB.  Sayangnya langit mendung menghalangi kami menyaksikan gerhana bulan total ini. 

Foto yang ditampilkan di artikel ini diambil dari teropong LAPAN Pontianak pada pukul 19.26 WIB saat gerhana bulan sebagian. Setelah mencapai puncak, gerhana bulan akan kembali ke posisi gerhana sebagian. 

Warna pada bulan saat gerhana disebabkan pembiasan cahaya matahari oleh Atmosfer. Peristiwa yang sama terjadi pada terjadinya pelangi. Warna biru memiliki panjang gelombang lebih pendek, sehingga lebih mudah dibiaskan. Sementara warna merah memiliki frekuensi pendek-pendek sehingga ditahan oleh atmosfer. Perbedaan panjang dan frekuensi cahaya ini menghasilkan pembiasan di Atmosfer. Selain itu, warna bulan saat gerhana dipengaruhi jumlah debu di Atmosfer. Kandungan debu vulkanik yang sampai di angkasa dan bertahan di sana menyebabkan bulan tampak merah pekat. 

img-20180131-204708-5a71ce27f13344258776d122.jpg
img-20180131-204708-5a71ce27f13344258776d122.jpg
Pakar LAPAN juga menerangkan bahwa Super Blue Blood Moon bukanlah peristiwa siklus atau berulang secara periodik.  Memang benar bahwa peristiwa gerhana bulan total bersamaan dengan Super Blue Moon pernah terjadi 150 tahun yang lalu, namun bukan berarti ini akan terulang 150 tahun kemudian. Prediksi kejadian serupa diperkirakan akan terjadi 11 Februari 2036. Semoga kita berjumpa kembali saat itu. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun