Apakah para pembaca sekalian tahu seberapa pentingnya golongan darah dan rhesus kita? Tidak hanya fatal jika kita melakukan tranfusi darah dengan golongan darah yang tidak cocok, namun ternyata memiliki pasangan yang hanya berbeda rhesus saja bisa berdampak pada nyawa janin.
Tahukah kalian, bahwa saat ini kalian para pembaca wanita memiliki resiko penyakit kehamilan yang dapat berdampak pada kematian janin? Tenang saja, resiko ini hanya terdapat pada wanita bergolongan darah rhesus negatif yang mengandung janin rhesus positif. Penyakit ini disebut eritroblastosis fetalis. Eritroblastosis fetalis adalah kelainan darah yang berpotensi mengancam nyawa janin atau bayi yang baru lahir. Dengan kata lain, eritroblastosis adalah anemia berat pada janin atau bayi yang disebabkan oleh proses pembentukan perbedaan rhesus pada ibu dan anak. Kelahiran anak pertama belum terkena dampak serius dari eritroblastosis fetalis, tetapi kelahiran anak selanjutnya mampu mengakibatkan resiko keguguran pada janin.
Pertama-tama, kita akan memahami terlebih dahulu mengenai rhesus. Jika para pembaca melakukan tes golongan darah, pasti akan diberikan hasil golongan darah dan rhesusnya. Â Golongan darah dikelompokkan berdasarkan jenis aglutinogen yang ada di dalam darah kita. Aglutinogen adalah antigen atau benda asing yang ada di dalam tubuh kita dan ditolak dalam system antibodi. Tugas dari antibodi adalah untuk melawan antigen. Contohnya, virus flu merupakan antigen dalam tubuh kita. Untuk membasmi virus, tubuh kita membentuk system antibodi. Di dalam darah, antibodi disebut sebagai agglutinin dan antigen disebut aglutinogen.
Penggolongan darah sistem ABO ditemukan oleh ilmuwan Austria bernama Karl Landsteiner pada tahun 1930. Darah yang memiliki aglutinogen jenis A akan bergolongan darah A, darah yang memiliki aglutinogen B akan bergolongan darah B, yang memiliki kedua-duanya yaitu A dan B akan bergolongan darah AB, sedang yang tidak memiliki aglutinogen sama sekali akan bergolongan darah O (zero blood type).
Sesuai dengan yang kita ketahui bahwa tranfusi darah harus memperhatikan golongan darah  dan rhesus dari resepien dan donor. Karena, jika tidak cocok, aglutinogen dan agglutinin akan menggumpal dan dapat menyebabkan penyumbatan pembukuh darah atau pecahnya sel darah. Aglutinasi adalah penggumpalan darah dari reaksi pertemuan antigen dan aglutinogen.
Akibatnya, sel darah merah janin akan dipecah oleh antibodi anti-RhD yang dibentuk ibu dan akhirnya hancur (hemolisis). Kejadian ini diseebut eritroblastosis fetalis dan dapat berakibat pada kematian janin. Gejala eritroblastosis fetalis meliputi pembengkakan hati dan limpa, anemia, gagal jantung, hidrops fetalis yaitu masuknya cairan ke dalam ruang pada jaringan, dan edema yaitu radang di bawah permukaan kulit. Karena sel darah merah janin terus mengalami hemolysis, akhirnya janin memproduksi banyak sel darah merah dan eristoblast (bentuk awal eritrosit/sel darah merah) muncul di permukaan darah dan oleh karena itu disebut eritroblastosis fetalis.Â
Karena hati harus bekerja keras mengeluarkan sisa-sisa pecahan sel darah merah tersebut, maka terjadilah pembengkakan liver. Pemecahan sel darah merah menghasilkan suatu pigmen kuning kemerahan bernama biliburin. Karena produksi biliburin yang berlebih, biliburin mengendap di neuron saraf dan mengakbatkan kerusakan area saraf dan otak. Konidisi ini dinamakan kernicterus (Bahasa Jerman, kern, nucleus). Kernicterus dapat berakibat pada kelainan mental dan kelainan motorik.
- Masyarakat Eropa : 15%
- Negro            : 7-8%
- Asia 100% rhesus positif
Dengan meningkatnya hubungan perkawinan antar bangsa, kasus perbedaan rhesus ibu dan anak akan semakin tinggi jumlahnya dan memberi peluang makin besar terjadi eritroblastosis fetalis.