Bermodalkan tekad kuat dengan mengandalkan sebuah laptop yang sudah tua, tak lain karena desakan ekonomi keluarga yang mengharuskan memutar otak untuk mendapatkan pundi-pundi rupiah penyambung hidup yang saat ini semakin sengsara akibat pandemi melanda. Sebagai anak bungsu bukan berarti seenaknya bersikap manja pada orang tua, justru ia memiliki keinginan kuat untuk merubah nasib keluarganya. Hanya mereka yang sanggup menahan pahitnya perjuangan yang bisa meraih kesuksesan. Tak lekang oleh waktu sebuah usaha keras  pasti akan berbuah hasil yang memuaskan.
Keberhasilan Berawal Dari Mimpi
Muhammad Maftuh adalah pemuda kelahiran tahun 1999 yang memiliki angan-angan ingin menyejahterakan ekonomi keluarganya., ia lahir di sebuah keluarga yang terbilang kekurangan . Pemuda ini adalah anak bungsu dari bapak Muhtar yang merupakan seorang buruh serabutan. Terlahir dari keluarga serba kekurangan membuat Maftuh menjalani hidup seadanya.Â
Meskipun ia terlahir dari keluarga yang miskin, ia sangat berkeinginan keras untuk bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang tinggi yaitu bangku perkuliahan.Â
Tentunya keinginan tersebut hanya bisa terwujud bila ia mampu membayar biaya kuliah dengan uangnya sendiri karena orang tua nya sudah terus terang tak sanggup untuk membiayai dana perkuliahan.Â
Saat SMA salah satu temannya mengenalkan ia bagaimana cara mengedit sebuah video dari sebuah handphone. Akhirnya ia pun mencoba mengedit di aplikasi gratis dengan handphone sederhana pastinya. Setelah mencoba beberapa kali ia merasa tertarik untuk mencoba mengedit video-video lain.Â
Saat itu ia iseng mencoba untuk merekam video dengan model yang merupakan temannya di sebuah supermarket, lalu ia edit dengan kemampuan seadanya  kemudian diposting disalah satu platform internet. Tak menyangka ternyata respon dari teman-temannya sangat mengapresasi karya Maftuh tersebut. Apresiai itu seakan mendorong Maftuh untuk mencoba menghasilkan video lain meskipun diproduksi  menggunakan smartphone jadulnya itu.Â
Sering sekali ia menawarkan ke temannya untuk menjadi model pembuatan video. Tentunya disambut ramah oleh temannya karena sudah mengetahui bahwa hasil editan video maftuh memang bagus. Seiring berjalannya waktu, ia sudah mendekati penghujung kegiatan akademik di SMA.Â
Untuk pertama kalinya ia ditawarkan untuk menggarap project yang menurutnya sudah cukup besar pada saat itu, yaitu merekam kemeriahan untuk mengenang momen kelulusan untuk satu angkatan di sekolahnya. Namun ia sempat ragu untuk menerima tawaran tersebut karena merasa dirinya belum ahli untuk mengedit video.Â
Beberapa temannya berusaha meyakinkan maftuh, termasuk sang ketua osis yang turun langsung untuk meminta maftuh menggarap project tersebut. Setelah video itu selesai, ternyata ketua osis itu seakan menghianati maftuh. Karena ia tidak diperbolehkan mencantumkan nama editor di credit title video tersebut.Â
Dengan alasan Maftuh bukan termasuk panitia project kelulusan angkatannya. Kecewa? Jelas, karena maftuh yang pada awalnya ragu menerima project itu seakan tidak dihargai saat project video kelulusan tak diboleh diakui karya miliknya. Namun Maftuh tak membesar-besarkan masalah tersebut. Justru ia semakin giat untuk melatih skillnya, meskipun ia merasa sakit hati atas perbuatan Ketua Osis tersebut.