Mohon tunggu...
DIAN ASTRI NATALIYA
DIAN ASTRI NATALIYA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seburuk-buruk manusia adalah yang merasa dirinya lebih baik dari orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Apa yang Hilang saat Ramadan Ketika Sudah Beranjak Menjadi Mahasiswa?

16 April 2024   18:52 Diperbarui: 16 April 2024   22:20 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Bulan Ramadan adalah bulan suci umat Islam, di mana dalam satu tahun bulan inilah yang sangat dinanti-nantikan kedatangannya. Setiap momen di bulan ini penuh dengan kemuliaan. Ramadan adalah bulan diturunkannya Al-Qur'an, setan-setan dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup, dan pintu-pintu surga dibuka. Pada bulan ini merupakan kesempatan emas bagi setiap orang untuk memanjatkan doa, karena merupakan salah satu waktu dikabulkannya doa. Ramadan adalah bulan wajib puasa bagi umat Islam, termasuk dalam rukun Islam yang keempat. Dalam Al-Qur'an juga dijelaskan secara rinci dan sangat jelas alasan diwajibkannya untuk berpuasa, salah satunya pada Surah Al-Baqarah ayat 183: "Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."

Pada bulan penuh keberkahan dan kemuliaan, identik dengan berkumpulnya keluarga, hangatnya suasana di setiap tempat, belajar sabar menahan amarah, perkataan, perilaku, dan hal-hal yang dapat menyebabkan puasa menjadi sia-sia, bahkan sampai batal. Diajarkan bagaimana kita sebagai manusia harus senantiasa bersyukur atas setiap apa yang kita miliki, belajar berbagi, dan sebagainya. Momen ini jarang bisa terjadi pada bulan-bulan biasa, terlebih akan menjadi kerinduan yang mendalam bagi anak rantau yang jauh dari orang tua atau keluarga lainnya.

Terkadang apa yang menjadi rencana kita tidak selalu dapat terlaksana, entah karena sebuah tanggung jawab, keadaan, ataupun takdir. Ada saatnya beberapa momen akan hilang dan kita rindukan untuk terjadi lagi, terlebih bagi anak rantau yang bertanggung jawab pada pilihannya menjadi mahasiswa di suatu universitas, untuk mengejar cita-cita dan meraih masa depan yang lebih baik, mengangkat derajat keluarga, dan menjadi sumber perubahan di lingkungannya kelak. Ketika sudah beranjak menjadi mahasiswa, ada beberapa hal yang hilang saat Ramadan, yaitu:

1. Sahur

Sahur adalah momen istimewa, di dalamnya terdapat interaksi antara kita dan ibu terutama. Bagi seorang anak, hal ini adalah hal yang paling dirindukan, dibangunkan untuk makan sebagai persiapan sebelum melaksanakan puasa. Disiapkan hidangan lalu makan bersama dan dilanjutkan aktivitas. Berbeda ketika sudah jauh dari orang tua, setiap detiknya harus berpikir nanti sahur pakai apa, beli di mana, harganya berapa, mulai masak jam berapa, dan memakan sahur sendiri di kamar kos sambil mengingat betapa rindunya momen kumpul bersama keluarga sambil bercanda atau menonton televisi.

2. Tadarus

Bulan ini dikenal sebagai dilipat gandakannya setiap ganjaran atas semua yang kita lakukan, maka tak heran bulan ini menjadi kesempatan emas untuk berbuat kebaikan, memperbanyak amal, berbagi, dan sebagainya. Salah satu amalan yang bisa kita lakukan adalah memperbanyak membaca Al-Qur'an, baik secara mandiri maupun di tempat seperti mushala atau masjid. Ketika di rumah, kita semangat membaca Al-Qur'an, karena ada teman banyak, disimak keluarga, dan alasan lainnya. Berbeda jika sudah jauh dari rumah, tidak ada yang mengawasi setiap tindakan yang kita lakukan, terkadang kita menyepelekan hal kecil yang itu sangat penting, entah karena diri sendiri, pengaruh teman, dan sebagainya. Sebagai anak rantau, harus pandai-pandai memilih teman, tempat, dan keputusan yang baik bagi diri kita sendiri. Perkuat benteng iman dan kebiasaan baik yang sudah diajarkan kepada kita sejak kecil, kembangkan hal yang bisa membuat diri kita lebih baik dari hari sebelumnya.

3. Aktivitas dan Pikiran

Semakin dewasa, kita dituntut untuk bisa mengerti dan memenuhi apa yang menjadi kewajiban dan tanggung jawab. Terkadang kita lupa bahwa malas-malasan adalah hal yang sangat merugikan diri sendiri, terlepas dari kesepian, kesunyian, kerinduan, dan sebagainya dari pihak keluarga. Setiap pikiran yang kita miliki akan menjadi suatu tindakan, maka penting untuk selalu berpikir positif dan melaksanakan setiap kegiatan secara produktif. Semangat dan niatkan semua semata-mata mencari ridha Allah Swt. Bersyukur adalah jalan utama menuju ketenangan dan ketentraman batin, syukuri apa yang bisa kita miliki sekarang, karena di luar sana banyak yang jauh tidak seberuntung kita.

4. Berbuka Puasa

Waktu kemenangan bagi orang yang berpuasa adalah ketika waktu berbuka puasa tiba, di mana rasa haus dan lapar bisa segera merasakan nikmatnya bersabar selama sehari penuh. Saat di rumah, berbuka puasa adalah berkumpulnya keluarga untuk menikmati hidangan dan manisnya sabar, berbeda di rantauan. Rantau adalah momen di mana menikmati kemenangan berupa berbuka puasa dengan kenangan, rindu berkumpul, makan masakan ibu, dan canda gurau yang melengkapinya. Tetapi dengan rasa syukur, momen ini menjadikan kita semakin kuat, dan mengerti bahwa setiap harap sebaik-baiknya hanya kepada Allah SWT. Di mana pun, kapan pun, dan bersama siapa pun kita tetap bahagia karena besarnya rasa syukur yang kita miliki.

5. Tarawih

Tarawih adalah salah satu ibadah sunah yang diajarkan Rasulullah Saw. Menjauhkan kita dari pikiran, perbuatan, dan hal-hal buruk akan lebih baik kita bergegas dan melaksanakan salat tarawih. Di rumah, kita bisa mengajak adik, kakak, ibu, bapak, tetangga untuk berangkat bersama, kebanyakan dari mereka sama-sama semangat menjalankan salat Tarawih. Berbeda ketika di rantauan, teman terkadang tidak mau diajak salat tarawih, dengan berbagai alasan seperti; rakaatnya banyak, bacaannya lama, capek, jauh, atau takut, dan sebagainya. Dalam proses ibadah, tidak bisa dipungkiri kita tidak dapat terlepas dari pengaruh teman dan lingkungan, maka dari itu penting kita berada di lingkungan yang tepat, dan menebalkan pendirian kita. Tetapi jangan lupa, bahwa seburuk-buruknya orang adalah yang merasa paling baik di antara lainnya. Nauzubillahi minzalik, semoga Allah SWT. senantiasa menjaga kita dari sifat dan perbuatan yang dimurkai-Nya.

Artikel di atas dibuat berdasarkan pengalaman penulis. Pembaca juga dapat berbagi pengalaman mereka dengan penulis di kolom komentar. Terima kasih, Semoga bermanfaat...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun