Mohon tunggu...
Cerpen

Sebatas Teman

13 Mei 2015   14:45 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:05 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat itu aku masih pelajar SMP, dimana aku masih belum tahu tentang soal cinta, apalagi dengan yang namanya pacaran, mungkin jika di katakan aku masih polos. Jika ada pria yang datang atau cuman sekedar lewat aku dan teman ku Rika langsung berbalik badan karena takut, entah takut karena sebab apa tapi aku dan Rika merasa takut jika ada pria yang mendekati kami.

Bel istirahat pun berbunyi, aku dan Rika bergegas untuk pergi ke kantin karena perut kami yang sudah kroncongan lapar. Setelah kami selesai membeli makanan di kantin kami bergegas kembali ke kelas karena jika kami diam dulu di kantin pasti akan banyak pria yang akan nongkrong di kantin. Kami kembali ke kelas dengan memotong jalan lewat lapangan sepak bola. Di saat kami di tengah lapangan ada seorang pria hitam, tinggi, dan berbehel, dia dan temannya sedang tertawa terbahak-bahak. Di saat itu Rika bertanya kepadaku “Tiara, liat pria itu ?” sembari menunjukkan tangannya ke pria yang sedang tertawa itu, “iya , kenapa ?!”jawabku, “Masa sih pria pake kawat giginya !”, “Iya yah, udah mah item, tinggi, di behel lagi, ih” jawabku sambil menaikkan pundak kanan ku. Disaat pertama kali aku bertemu dengannya di lapangan bola, aku sungguh benar-benar tidak suka kepada pria itu. Tetapi dengan berjalannya waktu perasaan benci itu mulai memudar dan telah terganti oleh perasaan yang aneh. Setiap dia berada di sisiku dengan tidak sengaja, jantungku terasa berdebar, dan debaran jantungku tidak seperti biasanya, debaran jantungku ini seperti ombak yang sedang menghantam batu yang ada di bibir pantai. Tapi jika tidak ada pria itu jantungku kembali normal seperti biasanya. “Ada apa denganku ?? Kenapa jika ada pria itu jantungku selau berdebar kencang, tidak seperti biasanya. Apakah akuuu ?? Ah masa iya aku suka kepada pria hitam dan berbehel itu ?! Aku kan benci kepada pria itu.” Tanayaku di dalam hati.

Di saat aku, Rika,Dewi dan Zahra sedang mengobrol, aku bertanya kepada Rika, “Rika, aku mau nanya.” Tanyaku “Tanya apa Tiara ?” jawab Rika “Aku mau nanya, kalo misalnya seorang wanita awalnya benci kepada seorang pria tapi dengan berjalannya waktu perasaan benci ini terganti oleh perasaan yang aneh.”, “maksudnya gimana Ti ?”, “Iya ,jadi kalo deket sama pria itu aku suka deg-degan Rik”, “Oh sama pria yang item itu Ti.”, “iya Rik , itu tandanya apa ya Rik ?”, “Itu tandanya kamu suka sama pria itu Tiara.”, “Oh iya hehehee.”, “Cie yang suka sama cowo berbehel hahaa.” Ledekan Rika sambil tertawa, Dewi dan Zahra pun tahu jika aku menyukai pria itu. Setiap kami pergi ke kantin aku selalu bertemu dengan pria berbehel itu, dan aku suka tidak jadi ke kantin karena takut, jantungku mulai berdebar, tanganku mulai dingin, dan menjadi serba salah.

Waktu pelajaran telah di mulai aku dan Rika minta izin untuk pergi ke toilet karena sudah tidak tahan ingin pipis. Dan tiba-tiba temanku Ine yang sekelas dengan pria berbehel itu memanggil ku, Ine sudah tahu jika aku menyukai pria perbehel itu, “Tiara kamu mau kemana ?” tanya Ine “Aku mau ke toilet ne, memang kenapa ne ?”jawabku “Oh iya, kata cecep kamu mau nomor HP-nya Lukman ga ?”, “siapa Lukman ne ?”, “Iya cowo yang berbehel itu Ti.”, “Oh iya, ih minta dong ne ?” jawabku sambil loncat-loncat kegirangan “Iya nati aku minta ke si Cecep yah Ti.”, “Iya ne”. Setelah dari toilet, “Tiara ini nomor nya”, “Iya makasih ya ne”, “Aku salamin yah Ti.”, “Oh iya ne”. jawabku sambil memegang sepotong kertas yang berisi nomor HP.

Setelah pulang sekolah aku langsung mengambil HP untuk mengirim sms ke Lukman. “Hai”,kataku “Ini siapa?” jawab Lukman “T-ara”, “Tara”, “Bukan ini Tiara”jawabku “Kamu temennya Cecep bukan ?”, “Iya.”.jawabku. Tapi Lukman tidak membalas pesan ku lagi, mungkin karena dia benci kepadaku karena telah menyukainya. Lalu setelah beberapa hari aku mengirim pesan lagi kepadanya, tapi dia sudah mengganti kartu. Sudah 3 kali dia mengganti kartu, mungkin karena aku selalu mengirim sms kepadanya.

3 tahun lebih telah ku lewati dan aku masih belum bisa melupakannya. Aku sekarang telah SMA dan kami (aku dan Lukman) berbeda sekolah. Tapi aku masih mempunyai 1 nomor yang mungkin bisa dibilang aku mencuri nomornya dari Maharani (wanita yang sama denganku , sama-sama menyukai Lukman). Aku kira nomornya sudah tidak aktif, ternyata tidak dia membalas pesanku, di situ aku masih grogi jika smsan dengannya, tapi kata temanku Zahra jika smsan dengan pria kita harus asik jangan kaku, disitu aku memberanikan diri untuk asik smsan dengannya, ternyata saran Zahra bagus. Tapi walaupun sudah akrab dengannya aku baru tau jika dia telah mempunyai kekasih, air mataku mulai turun satu persatu, tapi yasudahlah sudah terjadi ini.

Dengan berjalannya waktu aku sekarang akan menginjak menjadi siswa kelas XII SMA, tetapi dia masih tidak punya perasaan sedikitpun kepadaku, ya mungkin dia kepada ku hanya menganggap sebatas teman dan tidak lebih. Dan sekarang aku sudah belajar untuk melupakannya. Mungkin itu hanya mimpi bagiku jika aku bisa menjadi kekasihnya.

Aku hanya bisa mengucapkan terimakasih kepadanya karena dia telah membalas pesan ku dengan akrab dan telah menganggapku sebagai sebatas teman. “Terimakasih atas perlakuanmu kepadaku selama ini, mungkin ini bukan takdirku untuk memiliki mu. Aku do’a kan semoga kamu mendapatkan wanita yang baik, yang selalu mengerti dirimu, semoga kamu bahagia dengan wanita pilihanmu itu dan itu bukan aku, dan maaf jika aku selalu membuatmu terganggu.” Ucapku dalam hati sambil meteskan air mata setelah selesai sholat.

--The End--

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun