Mohon tunggu...
Diana Rimayani
Diana Rimayani Mohon Tunggu... Mahasiswa - حسبنا الله ونعم الوكيل

Fresh Graduate | Bachelor of Islamic Communication and Broadcasting | Proficient in Arabic Language | Interested in Communication, Language Education, and Media

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Asing Kembali Asing

12 Januari 2025   01:30 Diperbarui: 12 Januari 2025   01:26 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://id.pinterest.com/sevkahockey/

Ada jarak yang tak pernah benar-benar bisa kuterjemahkan. Bahkan sejak awal, kita hanyalah dua orang yang berdiri di sisi yang berbeda. Aku tahu namamu jauh sebelum aku tahu siapa dirimu. Sebuah nama yang pernah hanya menjadi desas-desus kecil di sela-sela percakapan.

Lalu, seperti angin yang datang tiba-tiba, kamu muncul. Tidak dengan cara yang besar atau mencolok, tapi cukup untuk membuatku memperhatikan. Aku tidak bisa menjelaskan kenapa, tapi ada sesuatu dalam caramu hadir yang membuatku ingin tahu lebih banyak. Hanya itu. Sebatas ingin tahu.

Kita tidak pernah benar-benar dekat. Pertemuan kita seperti garis putus-putus---sesekali ada, lalu hilang lagi.  Kamu tidak pernah memenuhi ruang yang besar, tapi kamu cukup hadir untuk mengisi sudut kecil di benakku.

Dan kemudian, kamu memutuskan untuk pergi. Bukan dengan cara yang keras, tapi dengan keheningan yang menyisakan banyak tanda tanya. Tidak ada penjelasan, hanya jarak yang semakin melebar, hingga akhirnya aku sadar bahwa kamu tidak lagi ingin ada di tempat yang sama denganku.

Aku tidak marah, tidak juga terlalu kecewa. Mungkin memang begini caranya kita berjalan di dunia ini---singgah sebentar, lalu melanjutkan langkah ke arah yang berbeda. Tapi, tak bisa kupungkiri, ada perasaan yang sulit kugambarkan saat menyadari bahwa semua ini hanya sementara.

Kini kita benar-benar asing. Tidak ada lagi sisa rasa ingin tahu, tidak ada lagi bayangan tentang siapa dirimu. Semua sudah berlalu, seperti kapal yang melintasi horizon dan menghilang dari pandangan.

Aku ingin berpikir bahwa ini adalah bagian dari sebuah siklus. Bahwa orang-orang datang dan pergi, dan bahwa tidak semua nama yang pernah kukenal akan tetap tinggal. Kamu hanyalah salah satu dari mereka. Sebuah nama yang pernah ingin kutahu, sebelum akhirnya menjadi sesuatu yang tidak lagi kutanyakan.

Mungkin ada sedikit sesal. Bukan karena kamu pergi, tapi karena aku tidak pernah tahu alasanmu. Meski begitu, aku memilih untuk menerima. Sebab, pada akhirnya, tidak semua cerita harus selesai. Beberapa cukup dibiarkan menjadi bagian dari masa lalu, tanpa perlu dipaksa untuk tetap ada.

Dan kamu, aku biarkan menjadi kenangan kecil itu---sebuah misteri yang pernah kucoba pahami, sebelum akhirnya kusadari bahwa kita memang tidak ditakdirkan untuk saling mengenal lebih jauh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun