Gambaran Klinis
Obsessive-compulsive disorder (OCD) diklasifikasikan sebagai anxiety disorder (gangguan kecemasan) tetapi menjadi berbeda dari anxiety disorder lain dalam berbagai hal. Obsesif-kompulsif merupakan suatu gangguan anxietas dimana pikiran dipenuhi dengan pemikiran yang menetap dan tidak dapat dikendalikan dan individu dipaksa untuk terus menerus mengulang tindakan tertentu, menyebabkan distres yang signifikan dan mengganggu keberfungsian sehari-hari.
Obsesi diidentifikasikan sebagai :
- Pikiran, impuls, atau bayang-bayang yang mengganggu dan tidak pantas, dan juga menyebabkan kecemasan dan distres.
- Pikiran, impuls atau bayang-bayang tersebut adalah hal yang tidak mudah menimbulkan kekhawatiran yang berlebihan dalam kehidupan nyata.
- Pikiran, impuls atau bayang-bayang yang berusaha untuk diabaikan atau ditekan seseorang atau untuk dinetralisir dengan beberapa pikiran atau tindakan lain.
- Pikiran, impuls atau bayang-bayang obsesional yang disadari sebagai hasil dari pikiran orang itu sendiri.
Kompulsi diindentifikasikan sebagai:
- Perilaku berulang (seperti mencuci tangan, menyusun, mengecek) atau perilaku mental (seperti berdoa, berhitung, mengulang kata-kata secara diam-diam) yang mendorong seseorang untuk menunjukkannya dalam respon terhadap suatu obsesi atau sesuai dengan aturan harus diterapkan secara rigid.
- Tingkah laku atau perilaku mental dengan maksud untuk mencegah atau mengurangi distres atau mencegah beberapa kejadian atau situasi menakutkan. Bagaimanapun, tingkah laku atau perilaku mental ini, tidak dihubungkan dengan cara-cara yang realistik dengan apa yang mereka rancang untuk mencegah atau mengurangi atau menyelesaikan sikap yang berlebihan.
Setidaknya pada beberapa poin, seseorang harus menunjukkan salah satu dari obsesi atau kompulsi, dimana mereka menyadari bahwa hal tersebut sangat berlebihan atau tidak masuk akal. Obsesi atau kompulsi yang menyebabkan distres merupakan time-consuming (memakan waktu) lebih dari satu jam sehari atau mengganggu fungsi yang normal secara signifikan.
Gangguan obsesif kompulsif juga menunjukkan komorbiditas dengan gangguan anxietas lain, terutama dengan gangguan panik dan fobia (Austin dkk, 1990).
Faktor Penyebab
- Teori psikoanalisis berpendapat bahwa obsesi dan kompulsi disebabkan oleh dorongan instingtual, seksual atau agresif yang tidak dapat dikendalikan karena toilet training yang terlalu keras. Alfred Adler (1931) memandang OCD sebagai akibat dari rasa tidak kompeten dan akhirnya mengalami kompleks inferioritas dan secara tidak sadar dapat melakukan ritual kompulsif untuk menciptakan suatu wilayahh dimana mereka dapat mengontrol dan merasa terampil.
- Teori behavioral dan kognitif menganggap kompulsi sebagai perilaku yang dipelajari dan dikuatkan oleh reduksi rasa takut. Pemikiran lain menyatakan kompulsif lebih disebabkan oleh desit memori, yaitu ketidakmampuan untuk mengingat suatu tindakan secara akurat atau membedakan antara perilaku aktual dan perilaku yang dibayangkan. Selain itu bagi individu yang menderita OCD dapat dipicu oleh keyakinan bahwa memikirkan tentang kejadian yang berpotensi tidak menyenangkan dapat membuat kejadian tersebut mungkin terjadi.
- Faktor biologis mengasosiasikan encefalitis, cedera kepala dan tumor otak dengan terjadinya gangguan obsesif-kompulsif yang lebih difokuskan pada bagian otak lobus frontalis dan ganglia basalis. Studi pemindaian dengan PET menunjukkan peningkatan aktivasi pada lobus frontalis pasien OCD yang mungkin mencerminkan kekhawatiran yang berlebihan terhadap pikiran mereka sendiri. Sedangkan ganglia basalis merupakan suatu sistem yang berhubungan dengan pengendalian perilaku motorik, disebabkan oleh relevansinya dengan kompulsi. Teori lain menemukan beberapa bukti atas kontribusi genetik terhadap penderita OCD. Kebanyakan penelitian keluarga menemukan prevalensi OCD lebih tinggi pada kerabat tingkat pertama dari penderita OCD. Dengan demikian terdapat kemungkinan faktor-faktor biologis yang dapat memicu OCD.
Pandangan Teori Psikologi Terhadap Gangguan
-Teori Psikoanalisis
Obsesi dan kompulsi menurut teori ini disebabkan oleh dorongan seksual, instingtual, atau agresif yang tidak dapat dikendalikan karena toilet training yang terlalu keras dan kemudian terfiksasi pada tahap anal. Simptom yang muncul dianggap mencerminkan hasil antara id dan defence mechanism yang separuhnya berhasil. Sebagai contoh, seorang yang terfiksasi pada tahap anal dapat menahan dorongan untuk kotor dan secara kompulsif menjadi rapi, bersih dan teratur.
-Teori Behavioral
Kompulsi adalah perilaku yang dipelajari yang dikuatkan oleh reduksi rasa takut. Sebagai contoh, mencuci tangan secara kompulsi dipandang sebagai respon pelarian operant yang mengurangi kekhawatiran obsesional dan ketakutan terhadap kontaminasi kuman. Sejalan dengan itu, pengecekan secara kompulsi dapat mengurangi kecemasan terhadap apa pun bencana yang diantisipasi seseorang jika ritual pengecekan tersebut tidak dilakukan.
Tindakan Prevensi yang Harus Dilakukan
Tidak ada cara yang dapat dilakukan untuk mencegah gangguan OCD. Akan tetapi, terapi dan pengobatan sejak dini mampu mencegah memburuknya gangguan obsesif-kompulsif ini, diantaranya :
1.Exposure and Ritual Prevention (ERP)
Pendekatan ini dilakukan untuk menggarisbawahi keyakinan yang dimiliki penderita OCD bahwa perilaku kompulsif mereka akan mencegah terjadinya hal-hal yang menakutkan. Dalam metode ini seseorang memaparkan dirinya pada situasi yang menimbulkan tindakan kompulsif (seperti memegang piring kotor) kemudian menghindari untuk tidak melakukan ritual yang biasanya dilakukan (misalnya mencuci tangan). Asumsinya ritual tersebut merupakan penguatan negatif karena mengurangi kecemasan yang ditimbulkan oleh suatu stimulus atau peristiwa dalam lingkungan. Mencegah seseorang melakukan ritual akan memaparkannya pada stimulus yang menimbulkan kecemasan sehingga memungkinkan terhapusnya kecemasan tersebut. Mempersuasi seseorang bahwa tidak akan terjadi hal buruk jika ritual tidak dilakukan merupakan bagian tipikal dalam ERP (Foa & Kozak, 1996).
2.Teori Psikoanalisis
Terapi psikoanalisis untuk obsesi dan kompulsi yaitu dengan mengangkat represi dan memberi jalan pada pasien untuk menghadapi hal yang benar-benar ditakutkannya. Pikiran yang mengganggu dan perilaku kompulsif melindungi ego dari konflik yang ditekan. Fokus akhir dalam terapi yaitu berupa insight atas berbagai penyebab simtom yang tidak disadari.
3.Terapi Perilaku Rasional Emotif
Terapi ini membantu pasien menghapuskan keyakinan bahwa segala sesuatu harus berjalan sesuai seperti yang mereka inginkan atau segala tindakan yang mereka lakukan harus mutlak memberikan hasil yang sempurna.
4.Penanganan Biologis
Obat-obatan yang meningkatkan level serotonin, seperti SSRI dan beberapa tricylic, merupakan penanganan biologis yang paling sering diberikan kepada pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif. Terdapat beberapa penelitian lain yang menunjukkan bahwa penghambat pengembalian serotonin, seperti flouxetine (Prozac), menghasilkan perbaikan yang lebih besar bagi pasien OCD dibanding placebo atau tricylic. Namun demikian, keuntungan yang dihasilkan kecil dan simtom-simtom akan terjadi kembali jika pemakaian obat dihentikan. Selain itu terapat beberapa efek samping jika menggunakan obat antidepresan, seperti rasa mual, insomnia, agitasi, dan beberapa efek negatif bagi jantung dan sistem peredaran darah.
Contoh Kasus
Bernice berusia 46 tahun ketika mulai menjalani terapi. Ini keempat kalinya ia menjalani terapi rawat jalan, sebelumnya ia pernah dua kali dirawat di rumah sakit. Gangguan obsesif-kompulsif yang dideritanya bermula sejak 12 tahun yang lalu, tidak lama setelah kematian ayahnya. Sejak itu gangguan tersebut menjadi sering kambuh dan baru-baru ini menjadi separah yang pernah dialami. Bernice terobsesi ketakutan mengalami kontaminasi, suatu ketakutan yang secara tidak jelas diakitkannya dengan kematian ayahnya karena pneumonia. Walaupun ia menuturkan bahwa dia takut pada hampir semua hal, karena kuman dapat berada dimanapun, ia khususnya tidak nyaman bersentuhan dengan kayu, “objek yang bergores”, surat, benda yang dikemas dalam kaleng dan “noda perak”. Noda perak yang dimaksud Bernice adalah cetakan berwarna perak pada kartu ucapan, bingkai kacamata, peralatan yang mengkilap dan perabot perak. Ia tidak dapat menyatakan mengapa objek-objek tersebut merupakan sumber kemungkinan kontaminasi.
Untuk mencoba mengurangi rasa tidak nyamannya, Bernice melakukan berbagai ritual kompulsif yang menghabiskan hampir seluruh waktunya. Pagi hari ia menghabiskan waktu 3 hingga 4 jam di kamar mandi, berulang kali mandi. Di antara waktu mandi ia mengelupas lapisan luar sabun mandinya sehingga sepenuhnya bebas dari kuman. Waktu makan juga berlangsung selama berjam-jam, seiring Bernice melakukan ritualnya (makan tiga suap makanan pada satu waktu, mengunyah setiap suapan 300 kali) yang bertujuan untuk menghilangkan kontaminasi pada makanannya. Ritual yang dilakukan Bernice dan ketakutannya terhadap kontaminasi telah merendahkan nilai kehidupannya hingga hampir tidak melakukan apapun selain itu. Ia tidak keluar rumah, mengerjakan perkerjaan rumah tangga atau bahkan berbicara melalui telepon.
Daftar Pustaka
Davidson, C Gerald, Neale, John M, Kring, Ann M (2006) Psikologi Abnormal Edisi ke-9, Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada.
Butcher, James N, Mineka, Susan, Hooley, Jill M (2008) Abnormal Psychology Core Concepts, Pearson Education Inc.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H