Abstrak
Artikel ini bertujuan untuk menganalisis mengenai tingginya angka putus sekolah di Indonesia. Dalam lingkup ini, peneliti fokus masyarakat terutama masih dalam usia masa sekolah di seluruh sekolah Indonesia. Metode penelitian yang digunakan melibatkan masyarakat, pelajar dan pemerintah.
Pendahuluan
   Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam berkembangnya dan majunya suatu bangsa. Semakin banyak orang yang berpendidikan maka semakin mudah bagi suatu negara untuk membangun bangsanya. Namun disisi lain pendidikan Indonesia juga mengalami berbagai masalah salah satunya banyaknya anak-anak yang putus sekolah. Baik yang tidak selesai sekolahnya maupun yang sama sekali tidak bersekolah.
   Tingginya angka putus sekolah di Indonesia merupakan masalah yang terus dihadapi oleh sistem pendidikan nasional. Meskipun telah banyak kebijakan yang diterapkan untuk meningkatkan akses pendidikan bagi seluruh lapisan masyarakat, fenomena ini tetap menjadi hambatan dalam mewujudkan tujuan pemerataan pendidikan.
   Hal itu tidak hanya berdampak pada masa depan individu yang terpengaruh, tetapi juga memberikan dampak jangka panjang terhadap pembangunan sosial dan ekonomi bangsa. Berbagai faktor seperti kondisi ekonomi, akses terbatas terhadap fasilitas pendidikan, pernikahan dini, hingga kualitas pendidikan yang tidak merata menjadi penyebab utama dari permasalahan ini.
   Dengan semakin kompleksnya tantangan yang dihadapi, upaya untuk menurunkan angka putus sekolah memerlukan pendekatan yang komprehensif dan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta
Faktor-faktor Penyebab Tingginya Angka Putus Sekolah
Tingginya angka putus sekolah di Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor yang kompleks dan saling terkait. Berikut adalah beberapa faktor utama yang berkontribusi terhadap masalah ini:
 1. Faktor Ekonomi
Kemiskinan. Banyak keluarga tidak mampu membiayai kebutuhan pendidikan anak-anak mereka, termasuk biaya sekolah, seragam, buku, dan transportasi. Kebutuhan untuk bekerja membuat anak-anak dari keluarga kurang mampu sering kali harus bekerja untuk membantu ekonomi keluarga, sehingga pendidikan menjadi prioritas kedua.