Daring adalah sistem pembelajaran yang dilakukan secara online atau tidak bertatap muka. Biasanya menggunakan media seperti, aplikasi zoom, google classroom, google meet, edmodo dan whatshaap grup.Â
Pembelajaran daring ini mengundang tanggapan pro dan kontra, pada awalnya pelajar merasakan senang karena bisa belajar di rumah saja tanpa pergi ke sekolah.Â
Namun, hal ini justru menyebabkan banyaknya hal negative pada para pelajar dimulai dari rusaknya pola tidur, kedisplinan menurun dan bahkan ada beberapa pelajar yang mengambil selingan waktu untuk bekerja sampai mereka lupa kewajibannya sebagai pelajar, hal ini menyebabkan para pelajar putus sekolah dan juga putus kuliah.Â
Untuk kalangan pelajar tingkat SD tidak sedikit orang tua yang mengeluh Karena selain mendidik di rumah orang tua juga harus dipkasa mengerti tentang pelajaran yang diberikan guru kepada anak-anak, orang tua juga memiliki kesibukan dalam bekerja sehingga tidak dapat 24 jam mengawasi anaknya terus menerus. seperti yang kita ketahui para orang tua murid yang kesulitan karena pendidikan yang ditempuhnya hanya sebatas jenjang SD, yang artinya banyak orang tua gagap teknologi atau tidak mengerti soal teknologi/smartphone.
Untuk tingkat SMP dan SMA permasalahan yang sering terjadi adalah para pelajar banyak menghabiskan waktu untuk bemain game bahkan sampai bergadang tengah malam, sedangkan kalau di sekolah rata-rata sekolah tidak memperbolehkan muridnya membawa handphone ke sekolah.Â
Oleh karena itu, jika murid melaksanakan pembelajran secara offline waktu untuk bermain handphone lebih sedikit. Banyak juga murid selama daring mengerjakan tugas ataupun ulangan dengan cara mencari jawabannya di internet dibandingkan di buku hal ini menyebabkan munculnya kebiasaan buruk bagi para murid.Â
Para murid juga lebih sering menunda-nunda tugas yang diberikan gurunya sehingga menumpuk dikarenkan para murid asik bermain game tanpa memikirkan tugas sekolah yang diberikan oleh gurunya, jadi oleh sebab itu para murid menunda-nunda dalam pekerjaan tugas dari sekolah dan juga biaya kuota internet yang tidak sedikit jka para murid mengakses video, hal ini juga bisa dijadikan alasan oleh para murid meminta uang yang lebih banyak dengan alasan untuk membeli kuota.
 Untuk tingkat perkuliahan menurut saya sebagai mahasiswa awalnya perkuliahan online cukup berat, untuk para mahasiswa yang memiliki kepribadian tertutup akan sulit berbaur dengan mahasiswa lain maupun membangun relasi dalam organisasi, hal ini membuat para mahasiswa banyak yang lebih nyaman untuk bekerja individu dan tidak peduli satu sama lain. Keinginan para mahasiwa untuk mengikuti organisasi kampus menurun karena organisasi yang dijalani masih bersifat online.Â
Bagi para mahasiswa yang berada di pulau mengalami kesulitan jaringan internet hal menghambat para mahasiswa mengikuti perkuliahan, tidak sedikit para mahasiswa yang tinggal di pulau mengalami padam listrik yang menyebabkan mereka kadang tidak bisa mengikuti pertemuan perkuliahan di zoom atau google classroom.Â
Untuk mahasiwa sering mengalami kehabisan kuota dikarenakan menggunakan media pembelajaran video seperti zoom dan google meet, walaupun pemerintah sudah memberikan kuota sbesar 15GB perbulannya namun, kuota harian yang mahasiswa gunakan kurang lebih 1GB satu hari sehingga diperkirakan 15GB hanya cukup untuk 15 hari.Â
Berdasarakan dari pengalaman kakak tingkat mengatakan bahwa jika perkuliahan dilaksanakan secara offline tugas yang diberikan lebih sedikit, karena materi dan tugas yang diberikan dibahas secara langsung saat perkuliahan offline. Sedangakan perkuliahan online mahasiwa tiap pertemuan diberi tugas yang lumayan banyak dari setiap mata kuliah.