Mohon tunggu...
Diana Putri
Diana Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Islam Indonesia

Diana Putri Dwi Jayanti adalah seorang mahasiswi Hubungan Internasional yang senang mengamati isu-isu ekonomi global. Dalam tulisannya, ia mengupas berbagai topik, mulai dari ekonomi hingga gaya hidup berkelanjutan, dengan pendekatan yang reflektif dan lugas. Penulis percaya bahwa memahami dunia berarti memahami bagaimana setiap keputusan kecil berdampak besar pada kehidupan bersama. Melalui karyanya, penulis berharap dapat menginspirasi pembaca untuk berpikir lebih dalam dan bertindak lebih bijaksana.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Frugal Living dan FIRE: Strategi Gen Z untuk Bertahan Hidup atau Bermimpi?

21 Januari 2025   04:33 Diperbarui: 21 Januari 2025   04:33 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Dengan biaya hidup terus melambung dan pendapatan stagnan, Generasi Z beralih ke frugal living untuk meraih impian besar yaitu pensiun dini di usia muda. Generasi Z, yang tumbuh di tengah ketidakpastian ekonomi dan perubahan iklim, semakin menunjukkan ketertarikan pada frugal living sebagai strategi bertahan hidup dan mencapai tujuan finansial. Fenomena ini bukan sekadar tren, melainkan sebuah respons terhadap tekanan biaya hidup yang tinggi dan keinginan untuk segera meraih kemandirian finansial serta pensiun dini atau yang biasa dikenal dengan Financial Independence, Retire Early FIRE.

Mengapa Gen Z Memilih Frugal Living?

Generasi Z kini merupakan kelompok terbesar di Indonesia, mencakup 27,94% dari keseluruhan populasi. Dalam artikelnya yang berjudul "Frugal Lifestyle Trend Among Generation Z How Do They Spend Money?", P.A. Kusumawardhany menjelaskan bahwa generasi ini memiliki preferensi unik terhadap produk dan layanan yang sederhana, fungsional, dan terjangkau. Pergeseran preferensi konsumen  ini mempengaruhi pasar yang akhirnya mendorong perusahaan untuk berinovasi dengan strategi yang lebih frugal. Dimuat dari artikel "Penerapan Konsep Frugal Living dalam Perencanaan Keuangan Pribadi" yang ditulis oleh sekelompok mahasiswa UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung, survei dari Bank Indonesia juga menunjukkan bahwa masyarakat berpenghasilan rendah mengalami tekanan ekonomi yang signifikan dengan pengeluaran konsumsi mencapai 75% dari pendapatan. Hal ini diperparah oleh gaya hidup konsumtif yang dipicu oleh budaya Fear of Missing Out (FOMO) dan kemudahan belanja online. Di sisi lain, biaya hidup terus meningkat, sementara pendapatan masyarakat stagnan tidak bergerak. Frugal living muncul sebagai solusi untuk mengatasi kesenjangan antara pendapatan dan pengeluaran. Ini bukan hanya tentang penghematan, tetapi juga tentang mindful spending dan prioritas pada kebutuhan.

Keterkaitan antara Frugal Living dan FIRE

Frugal living lebih dari sekadar hidup hemat atau pelit. Tren ini adalah pilihan gaya hidup sederhana yang menekankan pada penggunaan sumber daya secara ekonomis. Frugal living juga erat kaitannya dengan gerakan Financial Independence, Retire Early (FIRE), yang menekankan pada pencapaian kemandirian finansial melalui investasi dan penghematan untuk pensiun dini. Menurut Nick Taylor dan William Davies dalam artikelnya yang berjudul "The financialization of anti-capitalism? The case of the 'Financial Independence Retire Early' community", FIRE memandang waktu luang sebagai nilai tertinggi. Sehingga, untuk mencapai kemandirian finansial, salah satu jalannya adalah melalui frugal living ini.

Langkah-Langkah Praktis untuk Gen Z

Beberapa bagian penting dalam frugal living diantaranya; perencanaan dan kontrol pengeluaran dengan lebih memprioritaskan kebutuhan daripada keinginan. Kemudian, membeli barang berdasarkan kebutuhan dan kegunaan, bukan atas dasar nafsu sesaat. Gen Z belakangan ini juga aktif mencari penawaran dan diskon terbaik untuk menghindari pembelian barang yang impulsif, seperti menunggu flash sale pada tanggal-tanggal cantik. Meskipun beberapa penelitian menunjukkan bahwa memilih produk yang tahan lama dan berkualitas tidak terlalu berpengaruh pada keputusan Gen Z dalam frugal living, kualitas dan keberlanjutan tetap menjadi pertimbangan. Sehingga, Frugal living mengajarkan untuk mengalokasikan dana dengan penuh kesadaran, baik memprioritaskan kebutuhan jangka pendek maupun jangka panjang.

Adapun strategi penerapan frugal living yang dapat Gen Z lakukan melibatkan beberapa aspek, seperti; bijak dalam berbelanja, yaitu hanya membeli barang sesuai kebutuhan dan kemampuan, serta menghindari pemborosan dan ego akan stigma sosial. Membiasakan untuk menabung dengan menyisihkan dana dari selisih pendapatan dan pengeluaran. Berbagi juga menjadi salah satu strategi, meskipun hidup hemat, tetap sisihkan dana untuk berbagi dengan sesama. Selain itu, mencari alternatif atau pengganti barang yang lebih terjangkau tanpa mengorbankan kualitas serta mengelola keinginan agar tidak melebihi kemampuan finansial dapat diaplikasikan dalam implementasi gerakan ini.

Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, Generasi Z tidak hanya menghemat uang, tetapi juga membangun kemandirian finansial yang memungkinkan mereka mencapai tujuan hidup yang lebih besar, termasuk mimpi untuk pensiun dini.

Tantangan dalam Menerapkan Frugal Living

Beberapa orang mungkin menganggap frugal living sebagai gaya hidup yang kikir dan tidak menyenangkan. Ada juga kekhawatiran bahwa terlalu fokus pada penghematan dapat mengorbankan kualitas hidup saat ini. Godaan diskon dan promo juga menjadi tantangan bagi individu yang mencoba gaya hidup hemat ini. Selain itu, tekanan sosial dari lingkungan dan media sosial seringkali mempersulit individu untuk mempertahankan gaya hidup hemat, apalagi di era yang mana gaya hidup sering menjadi penanda status. Namun, penting untuk diingat bahwa frugal living bukan berarti menolak semua kesenangan, tetapi tentang membuat pilihan yang sadar dan bijaksana dalam mengelola keuangan. Frugal living juga bisa menjadi bentuk perlawanan terhadap konsumerisme dan upaya untuk mengurangi dampak lingkungan.

Kesimpulan

Frugal living adalah tren positif yang dapat membantu Generasi Z mencapai kemandirian finansial dan pensiun dini. Bukan hanya tentang penghematan, tren ini juga mengubah pola pikir dan perilaku konsumsi ke arah yang lebih bijak. Untuk menerapkan frugal living secara efektif, Gen Z dapat meningkatkan literasi keuangan sejak dini, mengutamakan pemenuhan kebutuhan dasar daripada keinginan yang bersifat konsumtif, membuat rencana keuangan yang jelas dengan tujuan yang terukur, termasuk pengaturan dana untuk menabung, berinvestasi, dan memenuhi kebutuhan harian, memprioritaskan kebutuhan yang paling penting dan melakukan evaluasi rutin terhadap rencana keuangan untuk memastikan tujuan tercapai dan melakukan penyesuaian jika diperlukan. 

Dengan menerapkan prinsip-prinsip frugal living dan memanfaatkan teknologi, Generasi Z dapat mencapai kemandirian finansial dan pensiun dini, sambil tetap menikmati hidup dengan cara yang lebih bermakna dan bertanggung jawab. Perlu ditekankan bahwa frugal living tidak harus mengorbankan kualitas hidup, tetapi tentang membuat pilihan yang lebih cerdas dan berkelanjutan. Maka dari itu, mulailah perjalanan frugal living Anda dengan langkah kecil, seperti membuat anggaran bulanan sederhana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun