Seiring dengan berkembangnya zaman, beragam makanan telah masuk dan menyebar di sekitar masyarakat Indonesia. Informasi mengenai makanan baru ini umumnya disebarluaskan oleh suatu individu atau komunitas melalui mulut ke mulut ataupun sosial media. Tidak sedikit yang kemudian penasaran dan memutuskan untuk mencoba makanan tersebut. Setelah mencoba makanan baru tersebut, umumnya mereka juga ikut menyampaikan kesan mereka kepada dunia melalui berbagai media penyebaran informasi.
Salah satu contoh makanan yang sempat naik daun pada beberapa waktu terakhir adalah shirataki. Shirataki ini sempat digaung-gaungkan memiliki peran sebagai alternatif nasi berbahan baku beras yang rendah kalori serta dapat menurunkan kadar kolesterol jahat dalam tubuh. Hal tersebut dikarenakan menurut Hargono, shirataki terbuat dari tepung konjac yang bermanfaat bagi kesehatan oleh karena mengandung serat yang cukup tinggi.
Namun, apakah benar shirataki bisa menggantikan peran nasi putih sebagai makanan pokok yang sudah menjadi makanan sehari-hari masyarakat Indonesia? Menurut Wardani, shirataki dapat menjadi alternatif pengganti nasi putih bagi mereka yang sedang menjalani program penurunan berat badan sebab rendahnya kalori yang terkandung dalam shirataki ini. Akan tetapi, rendahnya kalori yang terkandung dalam shirataki ini menjadikan shirataki kurang cocok untuk dikonsumsi bagi masyarakat yang banyak melakukan aktivitas dan butuh banyak energi.
Shirataki umumnya diolah dalam bentuk beras ataupun mie. Menurut Food Data Central Amerika Serikat, dalam 100 gramnya, shirataki mengandung 10 kalori, 0 gram lemak, 0 gram natrium, 3 gram karbohidrat, 3 gram serat, 0 gram gula, dan 0 gram protein. Sedikitnya kandungan gizi yang dimiliki oleh shirataki ini menjadikan shirataki harus dikonsumsi bersama dengan lauk, sayur, buah, ataupun teman makan lainnya yang dapat memenuhi kebutuhan asupan gizi Anda per harinya. Apabila dibandingkan dengan nasi putih, 100 gram nasi putih mengandung 80 gram karbohidrat dan 356 kalori.
Perbedaan yang besar dari kedua jenis makanan pokok tersebut dapat menjadi pertimbangan bagi Anda. Oleh karena shirataki tidak mengandung protein dan hanya mengandung sedikit vitamin dan mineral, shirataki tidak akan cocok bagi Anda yang tidak sedang menjalani program penurunan berat badan, memiliki penyakit yang mengharuskan Anda untuk makan makanan rendah gula seperti diabetes, atau masalah kesehatan lainnya. Intinya, konsumsi makanan pokok harus disesuaikan dengan kebutuhan sehari-hari Anda.
Adapun salah satu kekurangan lain yang dimiliki oleh shirataki ialah harganya yang tergolong kurang terjangkau apabila dibandingkan dengan nasi putih pada umumnya. Harga shirataki bervariasi tergantung merek dan tempat dijualnya shirataki tersebut. Akan tetapi, dapat diamati bahwa shirataki rata-rata dijual sekitar Rp75.000 per kilonya. Harga tersebut tentunya terbilang fantastis apabila dibandingkan dengan harga beras 5 kg yang umumnya senilai Rp60.000, yang berarti harga shirataki bisa mencapai 5 kali lipat harga beras.
Meskipun begitu, harga yang diberikan tentunya selaras dengan manfaat yang dikandung oleh shirataki. Adapun manfaat lain yang belum dibahas di atas, yakni:
- Menurunkan kadar gula darah dan insulin
Glukomanan yang menjadi salah satu zat pembentuk shirataki terbukti mampu membantu menurunkan kadar gula darah. Menurut Asia Pacific Journal of Clinical Nutrition, serat glukomanan yang ada dalam beras shirataki dicerna secara perlahan sehingga glukosa dilepaskan secara bertahap ke dalam pembuluh darah.
- Menjaga kesehatan saluran pencernaan
Serat dari glukomanan bisa berperan sebagai prebiotik yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan bakteri baik dalam usus.
- Menjaga kesehatan kulit
Menurut Widyawinata, sebuah studi tahun 2013 telah membuktikan bahwa konsumsi konjac, yang merupakan bahan utama pembuatan beras shirataki, dapat mengurangi jerawat, menjaga kesehatan kulit, mengurangi reaksi alergi, serta mempercepat penyembuhan luka.