Pernikahan kami sudah memasuki dekade kedua. Untuk mencapai durasi selama ini banyak kisah yang mewarnai perjalanan pernikahan kami. Pun, saya yakin setiap pasangan memiliki pengalamannya masing-masing.
Bagi kami tidak ada formula baku agar pernikahan bisa terus berlanjut hingga selama ini. Tetapi yang tetap harus diingat adalah bahwa pernikahan adalah marathon. Suami istri adalah team yang harus mampu mengatur energi pernikahan agar bersama-sama bisa mencapai garis finish.
Kita tidak tahu kapan akan mencapai finish. Hanya Tuhan yang tahu. Tugas kita hanya mengatur energi agar bertahan sampai akhir.
Pasangan yang masih menjalani pernikahan lebih lama dari kami lebih banyak. Sebagian diantara mereka berpisah bahkan karena kematian. Mereka punya cara masing-masing untuk terus bersama-sama. Tetapi setidaknya kami melihat mampu menegosiasi ego masing-masing hingga berada pada titik temu yang seimbang.
Selain itu, mereka bisa menghadapi hal-hal yang muncul dari luar lingkungan rumah tangga. Banyak hal-hal sederhana yang dapat berubah menjadi gangguan dalam komunikasi suami istri. Contohnya soal telepon dari Ibu Mertua.
Saya bukan ingin bercerita bagaimana perjalanan pernikahan kami tapi Ibu Mertua saya. Persisnya bagaimana perlakuan Ibu Mertua kepada anak perempuan yang sudah saya nikahi itu.
Rumah kami berada di satu komplek dengan rumah mertua. Hampir setiap hari kami berkunjung ke rumah Ibu. Hanya sekedar menengok Ibu atau kadang kala menginap. Ibu mertua tinggal bersama adik saya.
Akhir-akhir ini saya dan istri memperhatikan kebiasaan menelpon Ibu Mertua kepada istri saya. Berikut adalah beberapa topik-topik pembicaraan yang biasanya disampaikan ibu melalui telepon.
Kenapa Belum ke Rumah
Hampir setiap hari istri saya main ke rumah Ibu. Istri saya bekerja sebagai ibu rumah tangga. Jadi bisa setiap hari bisa menengok ibu.