"Jangan paksakan anak-anakmu mengikuti jejakmu, mereka diciptakan untuk kehidupan di zaman mereka, bukan zamanmu" -- Socrates
Kutipan tersebut ditulis oleh Imam Ahmad al-Syahrastani dalam kitabnya yang sangat masyhur terkait sejarah aliran-aliran pemikiran yang hingga saat ini masih menjadi rujukan, al-Milal wa al-Nihal (1404, juz 2: 82). Kitab yang lahir pada masa keemasan Islam ini dapat disebut juga sebagai ensiklopedia pemikiran dan kepercayaan.Â
Apa yang disampaikan Socrates tersebut tersebut sejalan dengan konsep pemikiran Ki Hadjar Dewantara pendidikan yang menghamba pada murid atau student centered learning.
Pendidikan yang menghamba pada murid adalah pendidikan yang menekankan pada karakteristik murid, minat, kebutuhan dan kemampuan individu. Â
Melalui filosofi dan analogi "menumbuhkan padi", Ki Hajar Dewantara mengingatkan bahwa dalam mewujudkan pembelajaran yang berpusat pada murid, Â guru harus secara sadar dan terencana membangun ekosistem yang mendukung pembelajaran murid sehingga mampu mengoptimalkan serta mengembangkan potensi murid sesuai dengan kodratnya.Â
Dengan demikian, pada saat  merancang sebuah program/kegiatan pembelajaran di sekolah, baik itu intrakurikuler, ko-kurikuler, atau ekstrakurikuler, maka murid suara, pilihan dan kepemilikan seharusnya menjadi pertimbangan utama.Â
Pertanyaannya kemudian sejauh mana guru atau sekolah dapat menempatkan murid dalam proses pengambilan keputusan terkait dengan program/kegiatan pembelajaran tersebut?
Fakta dalam kehidupan nyata
Anak-anak atau murid  dapat melakukan lebih dari sekedar menerima instruksi dari guru. Mereka memiliki banyak kemampuan seperti menjadi pengamat, penjelajah, penanya, yang memiliki rasa ingin tahu atau minat terhadap berbagai hal.Â