Mohon tunggu...
diana kamila dewi
diana kamila dewi Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya seorang guru yang selalu mencari informasi terbaru untuk memperbaharui dan memperbaiki ilmu yang telah saya miliki

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antar Materi_Budaya Positif

20 Juli 2023   12:15 Diperbarui: 20 Juli 2023   12:25 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

1.4.A.8 KONEKSI ANTAR MATERI_BUDAYA POSITIF

Kesimpulan dan Keterkaitan.

Sebagai agen perubahan untuk menciptakan budaya positif di sekolah saya berkolaborasi dengan rekan-rekan guru beserta pemangku kepentingan sekolah lainnya menerapkan konsep-konsep inti seperti disiplin positif, motivasi perilaku manusia (hukuman dan penghargaan, posisi kontrol guru, restitusi, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi).

Sebagai Pendidik, kita sebagai guru perlu ingat kembali tujuan pendidikan nasonal yang telah dinyatakan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, bahwa pendidikan diselenggarakan agar setiap individu dapat menjadi manusia yang "beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab". Sekarang berdasarkan pedoman tersebut, Profil Pelajar Pancasila diharapkan menjadi pegangan untuk para pendidik di ruang belajar yang lebih kecil. Profil Pelajar Pancasila ini diharapkan dimiliki oleh seluruh murid kita di kelas.

Kaitan antara Budaya Positif dengan Filosofi Ki Hajar Dewantara adalah pendidik diharuskan menerapkan konsep pemikiran dari Ki Hajar Dewantara dengan memberikan keteladanan hidup dan kehidupan, menuntun anak dengan rasa aman, menyenangkan, dan memberikan semangat untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman yang dimiliki anak serta memberikan dorongan dan dukungan kepada anak bahwa dengan kepercayaan dirinya dapat menjemput kebahagiaan hidup sesuai dengan trilogi pedoman KHD "Ing ngarso sung tulodo (di depan menjadi teladan), Ing madyo mangun karso (di tengah membangun semangat), dan Tut wuri handayani (di belakang memberikan dorongan/dukungan). Menuntun mereka menjadi pribadi yang terampil, berakhlak mulia dan bijaksana sehingga mereka akan mencapai kebahagiaan dan keselamatan.

Keterkaitan antara budaya positif dengan peran dan nilai guru penggerak yaitu budaya positif harus bisa diterapkan di sekolah melalui peran dan nilai yang dimiliki guru penggerak. Guru Penggerak memiliki nilai-nilai berikut, yaitu belajar berpihak pada murid, inovatif, kolaboratif, mandiri, dan reflektif. Guru Penggerak juga harus mampu berperan menjadi Pemimpin Pembelajaran, Menggerakkan Komunitas Praktisi, Menjadi Coach bagi guru lain, dan mendorong kolaborasi antar guru, dalam penerapannya dibutuhkan totalitas guru dalam mengkolaborasikan nilai-nilai dan peran guru penggerak dalam proses pembelajaran. Sehingga visi harus mewujudkan Profil Pelajar Pancasila.

Jika pendidik sudah menerapkan nilai dan peran guru penggerak dalam proses pembelajaran dan ingin mewujudkan visi guru penggerak maka memerlukan Inkuiri Apresiatif yang terjabarkan dalam BAGJA. Filosofi Pemikiran Ki Hajar Dewantara yang didukung dengan nilai dan peran guru serta diterapkan dengan visi yang terjabarkan dalam strategi BAGJA akan melahirkan budaya positif di sekolah.

Budaya positif dimulai dari disiplin positif dan ini harus muncul dari diri. Disiplin pertama kali dibangun dari dalam diri untuk memperoleh kemandirian belajar. Belajar tanpa disiplin akan membuat pendidikan menjadi tidak bermakna sehingga tujuan akhir untuk mendapatkan kemantapan capaian kognitif, emosional, dan psikomotor sudah pasti tidak tercapai. Untuk mewujudkan Tujuan Pendidikan tidak bisa terlepas dari pembiasaan budaya positif di sekolah, yaitu dengan menerapkan konsep-konsep disiplin positif, motivasi perilaku manusa (hukuman dan penghargaan), posisi kontrol, restitusi, keyakinan kelas/sekolah, dan segitiga restitusi.

Refleksi.

Sejauhmana konsep-konsep ini telah dipelajari?

Displin positif bertujuan untuk membentuk tanggung jawabnya. Melalui displin positif pengajar menuntun anak didik mempunyai perilaku dan tindakan berdasarkan Profil Pelajar Pancasila, yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, berkebhinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif. Dalam membentuk disiplin positif di lingkungan kelas diperlukan danya keyakinan kelas. Keyakinan kelas terbentuk dari hasil kesepakatan bersama anggota kelas yang berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal dan menekankan motivasi intrinsik. Disiplin postif tidak menggunakan sanksi atau paksaan namun lebih membentuk pencerahan diri akan tanggung jawab diri sebagai warga sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun